SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran PPN, objek PPN dan/atau bukan objek PPN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk suatu masa pajak (Pasal 1 angka 91 PMK 81/2024).
Pengusaha kena pajak (PKP) atau pemungut PPN wajib menyampaikan SPT Masa PPN maksimal akhir bulan berikutnya setelah masa pajak terakhir. Merujuk Pasal 162 ayat (1) huruf a angka 2 PMK 81/2024, SPT Masa PPN kini terdiri atas 4 jenis SPT, yaitu:
Jenis-jenis SPT Masa PPN tersebut berbeda dengan ketentuan terdahulu. Sebelumnya, SPT Masa PPN di antaranya meliputi; SPT Masa PPN 1111; SPT Masa PPN 1111 DM; SPT Masa PPN 1107 PUT; dan SPT Masa Unifikasi Instansi Pemerintah (Bagian PPN).
Perubahan jenis-jenis SPT tersebut berlaku sejak implementasi coretax. Hal ini berarti jenis-jenis SPT Masa PPN yang baru berlaku mulai masa pajak Januari 2025. PER-11/P/2025 dan PER-12/PJ/2025 pun memerinci ketentuan penggunaan hingga contoh format dari setiap jenis SPT Masa PPN. Berikut perinciannya
SPT Masa PPN bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP)
SPT Masa PPN bagi PKP digunakan oleh PKP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan:
SPT Masa PPN bagi PKP juga digunakan oleh PKP yang sekaligus merupakan: (i) pemungut PPN; dan/atau (ii) pihak lain yang bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di dalam daerah pabean (pihak lain yang ditunjuk sebagai pemungut).
PKP yang merupakan pemungut PPN dan/atau pihak lain dapat menggunakan SPT Masa PPN bagi PKP untuk melaporkan pemungutan PPN atau PPN dan PPnBM sebagaimana diatur dalam Pasal 16A UU PPN (pemungut PPN) dan/atau Pasal 32A UU KUP (pihak lain).
Pemungut PPN adalah bendahara pemerintah, badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh menteri keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh PKP atas penyerahan barang kena pajak (BKP) dan/atau penyerahan jasa kena pajak (JKP) kepada bendahara pemerintah, badan, atau instansi pemerintah tersebut.
Sementara itu, pihak lain adalah pihak yang terlibat langsung atau memfasilitasi transaksi antarpihak yang bertransaksi yang ditunjuk oleh menteri keuangan untuk melakukan pemotongan, pemungutan, penyetoran, dan/atau pelaporan pajak.
Mengacu Pasal 72 ayat (1) PER-11/PJ/2025, SPT Masa PPN bagi PKP terdiri atas: (i) induk SPT Masa PPN; dan (ii) lampiran SPT Masa PPN. Ada 6 jenis lampiran dalam SPT Masa PPN bagi PKP, yaitu:
SPT Masa PPN bagi PKP yang Menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan
Jenis SPT Masa PPn ini berfungsi sebagai sarana bagi PKP yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan untuk mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dan melaporkan tentang:
Pengkreditan pajak masukan ini wajib digunakan oleh PKP untuk melaporkan pajak keluaran dan pajak masukan yang dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan
Selain itu, SPT Masa PPN jenis ini berfungsi sebagai sarana bagi PKP yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan untuk melaporkan pemungutan PPN atau PPN dan PPnBM dalam hal PKP tersebut juga merupakan Pemungut PPN sebagaimana diatur dalam Pasal 16A UU PPN dan/atau pihak lain sebagaimana diatur dalam Pasal 32A UU KUP.
Merujuk Pasal 74 ayat (1) PER-11/PJ/2025, SPT Masa PPN bagi PKP yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan terdiri atas: (i) induk SPT Masa PPN; dan (ii) lampiran SPT Masa PPN. Ada 4 jenis lampiran dalam SPT Masa PPN bagi PKP yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan, yaitu:
SPT Masa PPN bagi pemungut PPN dan Pihak Lain Yang Bukan Merupakan PKP
Sesuai dengan namanya, SPT Masa PPN jenis ini digunakan oleh: (i) pemungut PPN yang bukan PKP; dan (ii) pihak lain yang bertempat tinggal/bertempat kedudukan di Indonesia yang bukan PKP.
SPT Masa PPN bagi pemungut PPN dan pihak lain yang bukan merupakan PKP digunakan untuk melaporkan pemungutan dan penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM sebagaimana diatur dalam Pasal 16A UU PPN dan/atau Pasal 32A UU KUP.
Berdasarkan Pasal 76 ayat (1) PER-11/PJ/2025, SPT Masa PPN bagi pemungut PPN dan pihak lain yang bukan merupakan PKP terdiri atas: (i) induk SPT Masa PPN; dan (ii) lampiran SPT Masa PPN. Ada 2 jenis lampiran SPT Masa PPN bagi pemungut PPN dan pihak lain yang bukan merupakan PKP, yaitu:
SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE)
Perincian ketentuan SPT Masa PPN bagi pemungut PPN PMSE tidak diatur dalam PER-11/PJ/2025 melainkan PER-12/PJ/2025. SPT Masa PPN bagi pemungut PPN PMSE digunakan oleh pelaku usaha PMSE yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar daerah pabean yang ditunjuk sebagai pihak lain.
Hal ini berarti tidak semua pihak yang ditunjuk sebagai pemungut PPN PMSE menggunakan SPT Masa PPN PMSE. Sebab, SPT Masa PPN PMSE hanya digunakan oleh pelaku usaha PMSE luar negeri yang ditunjuk sebagai pemungut PPN PMSE. Simak Ingat, Ada 3 Jenis SPT Masa PPN Bagi Pemungut PPN PMSE
SPT Masa PPN PMSE tersebut berfungsi sebagai sarana bagi pihak lain luar negeri untuk mempertanggungjawabkan jumlah ppn yang dipungut dan disetorkannya. Adapun SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN PMSE dapat menggunakan bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris.
Apabila melihat contoh formatnya dalam lampiran J PER-12/PJ/2025, SPT Masa PPN PMSE hanya terdiri atas 1 halaman formulir. Adapun SPT tersebut setidaknya memuat data atau informasi sebagai berikut: