KEBIJAKAN PEMERINTAH

Impor Pakaian Bekas Ganggu Industri Dalam Negeri, Jokowi Bilang Begini

Muhamad Wildan
Rabu, 15 Maret 2023 | 16.30 WIB
Impor Pakaian Bekas Ganggu Industri Dalam Negeri, Jokowi Bilang Begini

Calon pembeli memilih pakaian impor bekas yang dijual di Pasar Barito, Kota Ternate, Maluku Utara, Selasa (14/3/2023). ANTARA FOTO/Andri Saputra/tom.

JAKARTA, DDTCNews - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan maraknya impor pakaian bekas telah mengganggu industri tekstil dalam negeri.

Jokowi mengatakan pihaknya telah memerintahkan kepada instansi terkait untuk mencari dan menindak praktik impor pakaian bekas.

"Sudah saya perintahkan untuk cari betul dan sehari-dua hari ini sudah banyak yang ketemu. Itu mengganggu industri tekstil di dalam negeri, sangat mengganggu," katanya, Rabu (15/3/2023).

Sebelumnya, Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) telah melakukan 234 penindakan terhadap 6.177 ballpress pakaian bekas sepanjang 2022. Pada Januari-Februari 2023, DJBC telah melaksanakan 44 penindakan terhadap impor 1.700 ballpress pakaian bekas.

"Kami selalu melakukan pengawasan sesuai dengan ketentuan lartas [larangan dan/atau pembatasan] yang ditetapkan Kementerian Perdagangan," ujar Dirjen Bea dan Cukai Askolani.

Askolani menuturkan pakaian bekas merupakan salah satu barang yang dilarang untuk diimpor sesuai dengan Permendag 51/2015 dan Permendag 18/2021 s.t.d.d Permendag 40/2022.

Larangan impor pakaian bekas dilakukan untuk melindungi keamanan nasional, kepentingan umum, serta untuk melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat.

Menurut Askolani, titik-titik risiko yang diwaspadai sebagai pintu masuk impor ballpress pakaian bekas adalah pesisir timur Pulau Sumatera seperti wilayah Batam, Kepulauan Riau. Impor ballpress sering kali dilakukan lewat pelabuhan tidak resmi.

Meski demikian, sambungnya, DJBC tetap mewaspadai kegiatan impor ballpress pakaian bekas melalui pelabuhan utama seperti Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, dan Belawan.

"Tentunya menjadi kewaspadaan kami untuk melakukan penindakan dan juga risiko dari lintas batas yang menjadi titik pengawasan kita," tuturnya. (rig)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.