KEBIJAKAN MONETER

BI Buka Ruang untuk Kembali Turunkan Suku Bunga

Muhamad Wildan
Selasa, 28 Januari 2025 | 08.30 WIB
BI Buka Ruang untuk Kembali Turunkan Suku Bunga

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2025 di Jakarta, Jumat (24/1/2025). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/tom.

JAKARTA, DDTCNews - Bank Indonesia (BI) berpandangan ruang untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate masih terbuka lebar meski pasar keuangan masih kondisi pasar keuangan masih tak menentu.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan suku bunga acuan ditetapkan dengan mempertimbangkan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nilai tukar rupiah.

"Tiga hal ini yang utamanya kita lihat. Kami melihat masih ada ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut terutama didasarkan pada pertimbangan pertama [inflasi] dan kedua [pertumbuhan ekonomi]," kata Perry dalam konferensi pers KSSK, dikutip pada Selasa (27/1/2025).

Menurut Perry, inflasi pada tahun ini diperkirakan hanya sebesar 2,7% dengan inflasi inti hanya sebesar 2,6%. "Dari pertimbangan ini, ruang penurunan suku bunga terbuka," ujar Perry.

Penurunan suku bunga acuan juga diperlukan dalam rangka mendukung tercapainya target pertumbuhan ekonomi 2025 sebesar 5,2%. "Dalam konteks ini kenapa ruang penurunan suku bunga juga perlu, [yakni] untuk bersama mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Perry.

Terkait dengan nilai tukar, Perry mengatakan nilai tukar rupiah ke depan masih akan tetap stabil. BI berpandangan nilai tukar rupiah berpotensi menguat berkat inflasi yang rendah, pertumbuhan ekonomi yang masih bagus, dan imbal hasil surat berharga negara (SBN) yang menarik.

Penguatan nilai tukar juga didukung oleh arus modal masuk dan kebijakan penempatan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA) di dalam negeri.

Meski demikian, ketidakpastian global masih akan menjadi salah satu faktor yang menghambat penguatan nilai tukar rupiah. "Kami melihat memang indeks dolar yang pernah di atas 109, dalam 2 hari ini melemah di 108. Kami akan cermati ke depan, ini akan sangat bergantung pada arah kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Fed Fund Rate," ujar Perry. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.