Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
JAKARTA, DDTCNews - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan pemerintah tetap berkomitmen untuk terus mendorong hilirisasi industri.
Luhut menjelaskan pemerintah saat ini telah menyiapkan berbagai insentif fiskal untuk investor yang melaksanakan hilirisasi. Dengan insentif tersebut, Indonesia akan memiliki daya saing yang lebih kuat dari negara lain.
"Kami, juga daerah, akan memberikan dukungan penuh perihal percepatan perizinan, pemberian insentif seperti master list dan tax holiday tidak boleh terlambat," katanya dalam groundbreaking pabrik foil tembaga, dikutip pada Rabu (21/6/2023).
Luhut mengatakan pembangunan pembangunan pabrik foil tembaga di Gresik, Jawa Timur, akan menjadi yang pertama di Indonesia.
Indonesia juga harus bersaing dengan negara seperti Vietnam, Meksiko, Amerika Serikat, dan Hungaria sehingga investor tertarik membangun pabrik foil tembaga di dalam negeri.
Dia menjelaskan foil tembaga menjadi salah satu bahan baku baterai lithium. Bahan baku berupa katoda tembaga untuk pabrik tersebut akan dipasok oleh smelter tembaga milik Freeport yang lokasinya berdekatan.
Nilai investasi pabrik tembaga tersebut mencapai US$860 juta dengan kapasitas 100.000 ton. Pabrik ini ditargetkan dapat beroperasi komersial pada Mei 2024 sehingga proyek smelter tidak boleh terlambat.
"Hal ini akan menjadi rekor tercepat pembangunan proyek-proyek tembaga di dunia, sekaligus menunjukkan reputasi investasi Indonesia," ujarnya.
Luhut menambahkan hilirisasi tembaga harus menjadi prioritas utama karena dalam setiap mobil listrik membutuhkan 56 kilogram tembaga, tidak termasuk tembaga pada baterai listriknya.
Apabila hilirisasi tembaga tidak dimulai, dapat dipastikan suplai tembaga tidak dapat memenuhi permintaan penjualan mobil listrik dunia pada saat ini.
Dia menilai cadangan tembaga yang besar dan kewajiban membangun smelter akan menjadi modal Indonesia dalam menarik investasi mobil listrik.
Belum lama ini, lanjutnya, pemerintah juga telah menerima proposal investasi senilai US$1,3 miliar dari salah satu produsen mobil listrik terkemuka di dunia untuk membangun pabrik dan jaringan distribusi Indonesia.
Dalam proposal tersebut, calon investor juga meminta bantuan untuk memperoleh suplai tembaga. (rig)