Wakil Ketua Komisi XI DPR Hanif Dhakiri. (Foto: Kiki/Andri/dpr.go.id).
JAKARTA, DDTCNews - Wakil Ketua Komisi XI DPR Hanif Dhakiri menyarankan pemerintah menyiapkan skenario krisis untuk mengantisipasi dampak konflik antara Israel dan Iran terhadap perekonomian nasional.
Hanif mengatakan dampak ekonomi dari eskalasi konflik Israel-Iran tidak boleh diremehkan lantaran kini semakin kompleks, seiring dengan keterlibatan langsung Amerika Serikat (AS). Menurutnya, ketegangan geopolitik tersebut berpotensi menimbulkan guncangan serius terhadap ekonomi global dan memberikan efek sistemik pada perekonomian nasional.
"Perang ini bukan sekadar konflik regional. Ini adalah guncangan geopolitik yang bisa memicu krisis energi global, memperlemah rupiah, mendorong inflasi, dan memperbesar beban fiskal. Pemerintah harus memiliki skenario krisis yang terukur," katanya, dikutip pada Jumat (27/6/2025).
Hanif mengatakan lonjakan harga minyak dunia yang telah menembus angka US$78 per barel sebagai sinyal bahaya pertama. Sebagai importir minyak, Indonesia menjadi negara yang rentan terhadap tekanan harga energi yang tinggi.
Menurutnya, kondisi ini bisa berdampak langsung pada lonjakan subsidi energi dan memperlebar defisit anggaran.
Di tengah konflik Israel-Iran, dia menilai Indonesia sedang dihadapkan pada risiko ganda, yakni pelemahan nilai tukar rupiah dan lonjakan beban subsidi energi.
"Jika tidak diantisipasi, tekanan ini bisa mengguncang APBN 2025 dan memukul daya beli masyarakat," ujarnya.
Hanif menyebut pemerintah juga perlu segera menyesuaikan asumsi makroekonomi dalam APBN 2025. Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara otoritas fiskal dan moneter guna menjaga stabilitas makroekonomi di tengah ketidakpastian global.
Bank Indonesia (BI) dinilai perlu menjaga kredibilitas kebijakan moneter dan stabilitas nilai tukar, sementara pemerintah perlu memperkuat cadangan energi dan jaring pengaman sosial.
Selain itu, dia menekankan pentingnya langkah diplomatik aktif untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah, serta strategi jangka menengah menuju percepatan transisi energi nasional. Diversifikasi sumber energi juga penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor energi fosil.
"Stabilitas global memang di luar kendali kita, tapi menjaga ketahanan nasional yang mencakup ketahanan ekonomi, energi, dan pangan adalah tanggung jawab kita bersama. Kita harus punya rencana darurat sejak sekarang," imbuhnya. (dik)