JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi pada semester II/2025.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan perekonomian nasional pada kuartal II/2025 menunjukkan kinerja positif dengan pertumbuhan mencapai 5,12%. Memasuki semester II/2025, pemerintah antara lain bakal menggenjot investasi dan ekspor, termasuk barang-barang hasil produksi dari kawasan ekonomi khusus (KEK).
"Sejumlah program unggulan yang tengah didorong yakni investasi dan ekspor melalui kawasan," ujarnya, dikutip pada Kamis (7/8/2025).
Dalam mendorong investasi dan ekspor, Airlangga menilai pemberian kemudahan izin berusaha akan memainkan peran penting. Melalui kemudahan perizinan, lanjutnya, aliran investasi masuk ke Indonesia bakal lebih lancar.
Realisasi investasi pada semester I/2025 tercatat senilai Rp942,9 triliun. Berkaca pada capaian itu, dia optimistis realisasi investasi pada tahun ini mampu menyentuh target sebesar Rp1.900 triliun.
"Target investasi sebesar Rp1.900 triliun pada 2025 dapat tercapai seiring dengan capaian realisasi investasi pada semester I/2025 yang telah menunjukkan hasil capaian positif," katanya.
Tidak hanya itu, Airlangga mengatakan pemerintah juga menyiapkan langkah-langkah strategis di sektor riil untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Contohnya, mengucurkan kredit usaha rakyat (KUR) perumahan, serta memperpanjang insentif PPN ditanggung pemerintah (DTP) sebesar 100% untuk sektor perumahan.
Di sisi lain, pemerintah tengah menggodok insentif untuk periode libur Natal dan tahun baru (Nataru), memudahkan akses pada pelabuhan internasional dan bandara di destinasi wisata, serta melanjutkan penyelenggaraan kegiatan berskala internasional untuk menggerakkan ekonomi daerah.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II/2025 dilaporkan mencapai 5,12%. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi yang tumbuh masing-masing sebesar 4,97% dan 6,99%.
Perekonomian pada kuartal II/2025 juga disumbang oleh pertumbuhan positif pada komponen ekspor sebesar 10,67%, impor tumbuh 11,65%, konsumsi LNPRT tumbuh 7,82%. Sementara konsumsi pemerintah kontraksi tipis 0,33%. (dik)