JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menilai perekonomian Indonesia tetap kuat, tecermin dari PMI manufaktur yang ekspansif, neraca perdagangan masih surplus, dan inflasi yang melambat.
Dirjen Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu menyebutkan salah satu faktor yang memengaruhi kinerja tiga indikator tersebut ialah permintaan (demand) dalam negeri yang masih kuat.
"Kami terus memperkuat pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan yang terarah, termasuk stimulus kuartal IV/2025, sekaligus mendorong ekspor bernilai tambah dan menjaga ketahanan sektor padat karya," katanya, Selasa (2/12/2025).
Febrio memaparkan PMI Manufaktur Indonesia masih ekspansif pada November 2025 di level 53,3. Menurutnya, permintaan domestik yang meningkat signifikan menjadi faktor pendorong utama yang mendongkrak kinerja industri manufaktur.
Dia menjelaskan peningkatan permintaan dalam negeri mendorong kenaikan produksi pabrik-pabrik manufaktur, penyerapan tenaga kerja, serta aktivitas pembelian menjelang akhir tahun.
Febrio juga menyampaikan kinerja perdagangan Indonesia menunjukkan fondasi ekonomi yang kuat dan optimistis. Ini tecermin dari perdagangan neraca barang yang surplus US$24,24 miliar pada Oktober 2025, dan surplus US$234,04 miliar sepanjang sepanjang Januari-Oktober 2025.
Optimisme perdagangan ini, lanjutnya, diperkuat oleh pertumbuhan sektor-sektor penting, seperti ekspor nonmigas hasil industri pengolahan yang meningkat 15,8% dan ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan melonjak 28,6%.
Selain itu, impor barang modal naik 18,7% juga menjadi sinyal positif terjadi perluasan kapasitas produksi dan investasi. "Indonesia kian menunjukkan ketahanan sektor eksternalnya dan peran yang semakin strategis dalam perdagangan global," tutur Febrio.
Sementara itu, Febrio juga menyinggung inflasi November 2025 yang melambat ke level 2,72%. Angka itu lebih rendah dari inflasi Oktober yang sebesar 2,86% sejalan dengan meredanya tekanan volatile food yang turun dari 6,59% ke level 5,48%.
Menurutnya, perbaikan inflasi tersebut didukung oleh berbagai langkah stabilisasi harga pangan yang konsisten dilakukan. Upaya tersebut berhasil menekan beberapa harga komoditas seperti beras, cabai merah, dan daging ayam.
"Meskipun begitu, pemerintah terus mengantisipasi terjadinya gejolak harga seiring masuknya musim hujan yang dapat berdampak pada produksi pangan," ujarnya
Ke depan, lanjut Febrio, pemerintah akan menjaga pertumbuhan ekonomi. Caranya, mendorong daya saing ekspor, menjaga ketersediaan pangan, mendorong keberlanjutan hilirisasi SDA, diversifikasi mitra dagang, serta mengantisipasi gejolak harga akibat cuaca ekstrem. (rig)
