Petugas memeriksa bagasi motor listrik di halaman Kemenko Marves, Jakarta, Selasa (31/10/2023). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp.
JAKARTA, DDTCNews - Industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronika (ILMATE) mencatatkan kinerja yang positif. Sektor ILMATE tumbuh 10% (year on year/yoy) pada kuartal III/2023 dengan nilai Rp159,41 triliun. Angka tersebut juga jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional, yakni 4,94% pada periode yang sama.
Direktur Jenderal ILMATE Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier menyampaikan pertumbuhan ILMATE double digit sudah terjadi sejak kuartal III/2022, sedangkan pertumbuhan ILMATE melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sudah terjadi sejak kuartal I/2021.
"Capaian positif ini membuktikan kebijakan yang telah kami jalankan selama ini seperti green mobility, hilirisasi, dan smart supply-demand sudah on the right track sehingga mampu mendongkrak pertumbuhan industri manufaktur," kata Taufiek, dikutip pada Jumat (10/11/2023).
Hingga menjelang akhir tahun, aktivitas industri manufaktur Indonesia masih dalam fase ekspansi. Ini tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) dan Purchasing Manager’s Index (PMI) yang berada di atas level 50,00 atau ekspansi pada Oktober 2023.
Jika diperinci, subsektor ILMATE yang memiliki kinerja positif sehingga berperan penting pada pembentukan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III/2023, antara lain adalah industri logam dasar, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, industri permesinan, serta industri alat angkutan.
"Sektor-sektor ini yang memberikan kontribusi besar terhadap PDB industri pengolahan nonmigas, baik forward maupun backward linkage," ujarnya.
Taufiek menjelaskan peningkatan demand baja nasional untuk mendukung pembangunan konstruksi di Ibu Kota Nusantara (IKN) dan pengembangan kendaraan listrik di dalam negeri, telah menjadi pemantik bagi tumbuhnya industri logam dasar yang mencapai 10,86% (yoy).
Selain itu, peningkatan permintaan ekspor untuk produk logam dasar nickel matte dan ferronickel juga menjadi salah satu penyebab tumbuhnya industri logam dasar.
Terlebih lagi, imbuh Taufiek, program hilirisasi menjadi pemicu pertumbuhan PDRB per kapita provinsi untuk wilayah penghasil nikel seperti Maluku Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara yang telah terbukti mengalami pertumbuhan ekonomi jauh di atas rata-rata nasional sejak tahun 2018.
Apabila dilihat dari data ekspor-impor, nilai ekspor sektor industri logam dasar pada kuartal III/2023 menembus US$10,50 miliar atau terkerek naik sebesar 1,72% (yoy), sedangkan nilai impornya sekitar US$4,89 miliar.
"Hal ini mengakibatkan terjadinya surplus neraca perdagangan hingga US$5,61 miliar. Pertumbuhan positif di sektor ini sejalan dengan perbaikan-perbaikan kebijakan di Kemenperin terkait mekanisme smart supply-demand baja nasional," kata Taufiek
Berikutnya, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik tumbuh sebesar 13,68% (yoy). Melambungnya sektor ini karena juga adanya lonjakan permintaan dari sektor konstruksi yang mengakibatkan peningkatan produksi barang logam di Provinsi Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur.
Sementara itu, kinerja industri alat angkutan melaju hingga 7,31% (yoy) pada kuartal III/2023. Hal ini didorong oleh peningkatan dari permintaan domestik dan luar negeri pada industri otomotif, terutama naiknya produksi sepeda motor.
Kemudian, industri permesinan tumbuh mencapai 1,86% (yoy) pada kuartal III/2023, yang pada periode sebelumnya sempat mengalami kontraksi sebesar 0,02%. Menguatnya kinerja industri permesinan ini karena ditopang peningkatan produksi alat berat, utamanya jenis hydraulic excavator di Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. (sap)