Managing Director IMF Christine Lagarde saat berbicara di hadapan Kamar Dagang Amerika Serikat, Selasa (2/4/2019).
JAKARTA, DDTCNews – International Monetary Fund (IMF) menilai cuaca perekonomian global saat ini 'tidak menentu' (unsettled). Perekonomian global tengah dilanda momen yang sulit.
Hal ini diungkapkan Managing Director IMF Christine Lagarde saat berbicara di hadapan Kamar Dagang Amerika Serikat, Selasa (2/4/2019). Setahun lalu ada momen ‘matahari bersinar sehingga waktunya memperbaiki atap’. Namun, enam bulan lalu, IMF melihat ada ‘awan risiko di Cakrawala’.
“Saat ini, cuaca semakin ‘tidak menentu’ [unsettled]. … Memang, ekonomi global berada pada ‘momen yang sulit’ [delicatemoment],” katanya, seperti dikutip dari laman resmi IMF, Senin (8/4/2019).
Dia menjabarkan situasi tidak menentu ini terlihat setelah pada Januari 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini dan 2020 sekitar 3,5%, lebih rendah dari sebelumnya meski masih masuk akal.
Pasalnya, sejak saat itu, dunia kehilangan momentum lebih lanjut. Kondisi ini akan dijabarkan IMF dalam World Economic Outlookyang akan dirilis pekan ini bersamaan dengan gelaran Spring Meetings 2019 World Bank—IMF pada 8—14 April 2019 di Washington, D.C.
Lagarde mengatakan baru dua tahun lalu, sekitar 75% ekonomi global menunjukkan ada peningkatan. Namun, tahun ini, IMF memproyeksi sekitar 70% ekonomi global justru akan mengalami perlambatan laju pertumbuhan ekonomi.
“Tapi, untuk lebih jelasnya, kami tidak melihat resesi dalam waktu dekat. Bahkan, kami mengharapkan beberapa peningkatan pertumbuhan di paruh kedua 2019 dan memasuki 2020,” imbuhnya.
Pelambatan ekonomi global sebagian besar dikarenakan meningkatnya ketegangan perdagangan dan pengetatan keuangan pada paruh kedua 2018. Pada saat yang bersaman, kegiatan ekonomi global akan diuntungkan laju normalisasi moneter yang lebih lambat dari bank-bank sentral utama – dipimpin oleh The Fed AS – dan peningkatan stimulus seperti dari China.
Respons kebijakan tersebut telah mendukung pelonggaran kondisi keuangan dan peningkatan aliran modal ke pasar negara berkembang. Di beberapa pasar negara berkembang, mata uangnya telah menguat relatif terhadap dolar AS.
Namun demikian, dia melihat masih ada kerentanan risiko penurunan karena beberapa dampak dari ketidakpastian seperti Brexit, tingginya utang di beberapa sektor dan negara, tingginya ketegangan perang dagang, serta perasaan tidak nyaman di pasar keuangan.
Dia menyebut salah satu contoh, jika ada pengetatan kondisi keuangan yang lebih tajam dari yang diperkirakan, akan muncul tantangan serius bagi banyak pemerintah dan perusahaan untuk refinancing dan utang. Ini pada akhirnya dapat memperkuat volatilitas nilai tukar dan koreksi pasar keuangan.
“Jadi memang, ini adalah saat yang sulit yang mengharuskan kita untuk ‘menangani dengan hati-hati’. Ini berarti bahwa kita tidak hanya harus menghindari salah langkah kebijakan, tetapi juga pastikan untuk mengambil langkah kebijakan yang tepat,” jelas Lagarde.
Dia melihat ada tiga bidang tindakan yang saling menguatkan. Ketiga bidang itu mencakup kebijakan domestik, kebijakan lintas batas, dan upaya terkoordinasi untuk mengatasi tantangan global utama yang tengah dihadapi. (kaw)