PEREKONOMIAN INDONESIA

Ada Ancaman Reflasi pada 2023, Begini Respons Sri Mulyani

Dian Kurniati
Rabu, 23 November 2022 | 16.11 WIB
Ada Ancaman Reflasi pada 2023, Begini Respons Sri Mulyani

Kendaraan melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (22/11/2022). Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 4,37 persen pada 2023. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.

JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah terus mewaspadai berbagai risiko yang terjadi pada 2023, termasuk mengenai resesi dan inflasi atau reflasi.

Sri Mulyani mengatakan faktor risiko akan tetap ada di tengah berbagai ketidakpastian global. Meski demikian, pemerintah juga optimistis ekonomi 2023 dapat tumbuh seperti yang ditargetkan dalam APBN.

"Kalau dari sisi proyeksi kami tetap menggunakan yang di dalam UU APBN kita, yang memang asumsinya di 5,3%. Namun, memang kata-kata waspada itu menggambarkan downside risk-nya muncul sangat kuat," katanya, Rabu (23/11/2022).

Sri Mulyani mengatakan kinerja ekonomi Indonesia hingga kuartal III/2022 terus menunjukkan pemulihan yang baik. Faktor pendukungnya berasal dari sisi investasi, ekspor, konsumsi masyarakat, dan belanja pemerintah.

Sementara dari sisi penawaran, juga terlihat berbagai indikator menunjukkan kinerja positif seperti PMI Manufaktur yang masih ekspansif.

Dia menilai tren pemulihan ekonomi yang kuat masih berlanjut pada kuartal IV/2022. Namun, Kemenkeu tetap mewaspadai lingkungan ekonomi global yang sangat turbulen atau bergejolak.

Perang di Ukraina telah menyebabkan harga energi, pangan, dan pupuk melonjak sehingga negara-negara Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat mengalami inflasi. Inflasi tersebut kemudian direspons dengan pengetatan kebijakan moneter meski berisiko melemahkan perekonomian mereka.

"Makanya beberapa negara memang masuk ke dalam zona kontraksi. Kalau pun masih positif, positifnya sangat kecil seperti di Amerika Serikat," ujarnya.

Sri Mulyani menambahkan kewaspadaan dapat muncul dalam berbagai hal. Pertama, pemerintah akan memantau apa saja yang mengalami perubahan seperti tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Kedua, pemerintah akan mengelola APBN 2023 dengan mempertimbangkan faktor risiko global. Seperti halnya tahun ini, ketidakpastian ekonomi global akan masih akan mempengaruhi kinerja APBN 2023.

"Seberapa downside risk ini nanti akan kami lihat sampai tahun ini dan bagaimana dampak serta perkembangan dari perang mempengaruhi faktor-faktor pertumbuhan kita tahun depan," imbuhnya.

Bank Indonesia (BI) sebelumnya memperkirakan ekonomi 2023 hanya akan tumbuh sebesar 4,37%, lebih pesimistis dari proyeksi pemerintah yang mencapai 5,3%. Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan ekonomi dunia pada 2023 akan menghadapi ancaman baru berupa reflasi. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.