Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (foto: Kemenko Perekonomian)
JAKARTA, DDTCNews – Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) telah menunjukkan perbaikan setelah sempat anjlok karena pengumuman pengetatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta.
Airlangga mengatakan perbaikan sentimen pasar keuangan tersebut terutama dipengaruhi kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi virus Corona. Menurutnya, IHSG bahkan mencetak rekor perdagangan dalam transaksi harian terbanyak sepanjang sejarah pada Jumat pekan lalu.
"Trade-nya positif karena respons kebijakan pemerintah penanganan pandemi. Kemarin ada hiccup sedikit tapi sudah ter-recover kembali. Jumat kemarin adalah trading terbesar sepanjang sejarah," katanya dalam acara Sarasehan Virtual 100 Ekonom, Selasa (15/9/2020).
IHSG anjlok pada Kamis (10/9/2020). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat membekukan sementara perdagangan di bursa efek karena IHSG turun hingga 5% pada level 4.892,87 pada pukul 10.36 WIB. Pelemahan terus berlangsung hingga penutupan di level 4.891,46.
Airlangga menyebut penurunan IHSG tersebut karena ketidakpastian yang ditimbulkan pengumuman Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengenai pemberlakuan PSBB total mulai pekan ini.
Namun, IHSG mulai menguat pada Jumat (11/9/2020), yang saat penutupan pasar kembali di kisaran 5.000 ke level 5.016,71. Sepanjang Jumat, perdagangan saham ditransaksikan 945.222 kali dengan nilai Rp14 triliun. Namun, dana asing yang keluar mencapai Rp2,26 triliun.
Airlangga menilai transaksi di pasar saham tersebut sebagai yang tertinggi sepanjang sejarah. Dia optimistis tren penguatan IHSG akan berlanjut seiring dengan perbaikan penanganan pandemi virus Corona.
Sejak mengalami tekanan berat pada Maret dan April lalu, Airlangga menyebut kinerja IHSG saat ini sudah semakin membaik. Misalnya, jika dibandingkan dengan posisi 1 April 2020, ada beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan signifikan.
Beberapa sektor yang dimaksud seperti pertanian tumbuh 26%, kimia 21%, berbagai industri 17%, manufaktur dan pertambangan 16%, keuangan 14%, serta infrastruktur 4%.
"Artinya, tren yang bisa ditangkap yakni bahwa ekonomi membaik," ujarnya. (kaw)