ilustrasi.
TOKYO, DDTCNews—Tren pertumbuhan penjualan minimarket di Jepang makin melambat dengan hanya naik 0,4% sepanjang 2019 atau lebih rendah dari pertumbuhan 2018 sebesar 8,7 persen.
Penjualan minimarket di Jepang pada 2019 tercatat sebesar 10,34 triliun yen, setara dengan US$93,84 miliar. Sementara penjualan minimarket pada 2018 dan 2017 masing-masing sebesar 10,29 triliun yen dan 9,47 triliun yen.
Upaya pemerintah menggairahkan konsumsi masyarakat melalui program potongan harga 2-5 persen juga tidak banyak membantu. Belum lagi, tekanan terhadap minimarket juga makin besar lantaran tarif PPN dinaikkan dari 8% menjadi 10% pada Oktober 2019.
Asosiasi Waralaba Jepang menilai proyeksi prospek penjualan minimarket pada 2020 makin suram menyusul program potongan harga dari pemerintah bakal berakhir Juni 2020. Apalagi, beberapa operator minimarket juga mulai jam operasional.
Dilansir dari Japantimes.co.jp, beberapa operator besar minimarket itu di antaranya seperti Seven Eleven Japan Co. dan Lawson Inc akan mengakhiri waktu operasi 24 jam di beberapa toko karena kekurangan tenaga kerja.
Tak hanya itu, jumlah minimarket sepanjang 2019 pun tercatat menurun sekitar 0,2 persen menjadi 55.620 unit. Dari data itu, Asoisasi Waralaba Jepang menilai ada kecenderungan operator mulai membatasi pembukaan toko baru.
Di sisi lain, pengeluaran rata-rata per pelanggan setiap datang ke minimarket juga hanya naik 2,1% dari tahun sebelumnya menjadi sekitar 632,6, yen. Sementara frekuensi kunjungan pelanggan turun 1,6% menjadi 16,35 miliar kali.
Penjualan toko juga mulai turun. Per Desember 2019, penjualan toko turun 0,3 persen menjadi 915,57 miliar yen, dengan jumlah kunjungan turun 1,1% menjadi 1,39 miliar kali. Adapun, pengeluaran rata-rata per pelanggan sekitar 659,2 yen. (rig)