Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (30/8/2024). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
JAKARTA, DDTCNews - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeklaim penurunan jumlah penduduk kelas menengah terjadi di semua negara, tidak hanya di Indonesia.
Menurut Jokowi, jumlah kelas menengah turun akibat ekonomi global yang masih melambat serta dampak pandemi Covid-19 yang masih terasa hingga hari ini.
"Itu problem terjadi hampir di semua negara karena ekonomi global turun semuanya, ada Covid-19 pada 2-3 tahun lalu mempengaruhi. Semua negara sekarang ini berada pada kesulitan yang sama," katanya, dikutip pada Minggu (1/9/2024).
Seperti diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah dan proporsi kelas menengah Indonesia terus mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir. Proporsi kelas menengah Indonesia pada tahun ini mencapai 17,13% dari total populasi.
Pada 2019, proporsi kelas menengah mencapai 21,45% dari total populasi. Sementara itu, dari sisi jumlah, BPS mencatat jumlah penduduk kelas menengah turun dari 57,33 juta pada 2019 menjadi 47,85 juta pada 2024.
"Kami mengidentifikasi masih ada scarring effect dari pandemi Covid-19 terhadap ketahanan kelas menengah," ujar Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti.
Perlu diketahui, kelas menengah merupakan penduduk dengan pengeluaran setara dengan 3,5 kali hingga 17 kali garis kemiskinan.
Mengingat kebanyakan penduduk kelas menengah memiliki pengeluaran tak jauh lebih dibandingkan dengan 3,5 kali garis kemiskinan, Amalia mengatakan banyak kelas menengah yang berpotensi turun kelas menjadi penduduk menuju kelas menengah (aspiring middle class).
"Ada kerentanan, kalau nanti terganggu mereka masuk kembali ke kelompok aspiring middle class," tutur Amalia.
Sebaliknya, proporsi penduduk aspiring middle class justru meningkat dari 48,2% pada 2019 menjadi 49,22% pada 2024. Adapun proporsi penduduk rentan miskin naik dari 20,56% pada 2019 menjadi 24,23% pada 2024. (rig)