Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dengan paparannya dalam konferensi pers.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Juli 2024 secara tahunan sebesar 2,13%.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan tingkat inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 2,51%. Menurutnya, makanan, minuman, dan tembakau menjadi kelompok pengeluaran dengan andil terbesar untuk inflasi tahunan pada Juli 2024.
"Komoditas dengan andil inflasi terbesar pada kelompok ini adalah beras dan sigaret kretek mesin," katanya, Kamis (1/8/2024).
Amalia mengatakan inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat sebesar 3,66% dan memberikan andil sebesar 1,04% terhadap inflasi umum.
Komoditas lain di luar kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang juga memberikan andil inflasi cukup signifikan antara lain emas perhiasan dengan andil inflasi 0,27%.
Di sisi lain, kelompok pengeluaran informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi 0,16%. Kelompok pengeluaran ini memberikan andil terhadap inflasi -0,01%.
Berdasarkan komponennya, dia menjelaskan komponen inti pada Juli 2024 mengalami inflasi sebesar 1,95% dengan andil terhadap inflasi 1,25%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi di antaranya emas perhiasan, gula pasir, kopi bubuk, nasi dengan lauk, dan biaya sewa rumah.
Kemudian, komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi 1,47%, dengan andil terbesar yaitu 0,29%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi terhadap komponen ini yakni sigaret kretek mesin (SKM), sigaret kretek tangan (SKT), dan sigaret putih mesin (SPM).
Adapun mengenai komponen harga bergejolak, terjadi inflasi sebesar 3,63% dengan andil 0,59%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yakni beras, cabai rawit, dan cabai merah.
Dia menyebut seluruh provinsi di Indonesia tercatat mengalami inflasi pada Juli 2024. Inflasi tertinggi terjadi di Papua Pegunungan sebesar 5,09% dan inflasi terendah di Kepulauan Bangka Belitung sebesar 0,84%.
Amalia menambahkan secara bulanan pada Juli 2024 terjadi deflasi sebesar 0,18%, dengan inflasi tahun ke tahun sebesar 2,13% dan inflasi tahun kalender 0,89%.
"Deflasi bulan Juli 2024 ini lebih dalam dibandingkan dengan Juni 2024 dan merupakan deflasi ketiga pada 2024," ujarnya.
Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar pada Juli 2024 secara bulanan adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,97% dan memberikan andil deflasi sebesar 0,28%.
Komoditas penyumbang utama inflasi antara lain cabai rawit dan beras. Setelahnya, komoditas lain yang turut memberikan andil terhadap inflasi seperti emas perhiasan, kopi bubuk, kentang, SKM, dan SKT.
Selain itu, kelompok pendidikan juga memberikan andil inflasi terbesar yaitu 0,04% atau mengalami inflasi sebesar 0,69%. (sap)