Founder DDTC Darussalam (bawah, keempat dari kiri) dan Dekan FEB Universitas Mercu Buana Nurul Hidayah (bawah, kelima dari kiri) bersama jajaran pengajar dan mahasiswa FEB Universitas Mercu Buana.
JAKARTA, DDTCNews - Perguruan tinggi dinilai perlu lebih aktif mendorong pendidikan di bidang perpajakan kepada mahasiswanya.
Founder DDTC Darussalam mengatakan kampus dapat memainkan peran penting untuk menciptakan lebih banyak sumber daya manusia (SDM) yang unggul di bidang pajak. Sayangnya, belum banyak kampus yang menggarap pendidikan pajak secara serius.
"Profesi ini harusnya diikuti oleh perguruan tinggi agar berani menggenjot prodi di bidang perpajakan," katanya dalam seminar nasional Mengulik Potensi dan Implementasi Karier di Bidang Perpajakan, Selasa (27/6/2023).
Darussalam mengatakan pajak menjadi bidang keilmuan yang penting bagi semua negara. Di Indonesia, pajak juga memiliki kontribusi sebesar 80% dari total pendapatan negara.
Di sisi lain, jumlah pegawai pajak di Indonesia tercatat 45.382 orang sehingga rasio dengan penduduk hanya 1 berbanding 6.033. Kemudian, jumlah konsultan juga belum banyak, yakni hanya 6.526 sehingga rasionya dengan penduduk hanya 1 berbanding 41.955. Kondisi tersebut jauh di bawah Singapura, Malaysia, bahkan Filipina.
Data tersebut menjadi bukti Indonesia masih sangat kekurangan SDM yang ahli di bidang pajak. Persaingan dalam profesi pajak juga tidak ketat sehingga perlu direspons kampus untuk mencetak lebih banyak SDM andal dan unggul di bidang pajak.
"Jumlah konsultan belum mampu mencukupi kebutuhan SDM pajak di Indonesia. Peluang adik-adik jika menekuni di bidang perpajakan masih sangat terbuka, sangat luas, dan negara menunggu," ujarnya.
Darussalam menyayangkan belum banyak kampus yang memiliki program studi perpajakan. Dia pun memahami pembentukan jurusan dan kurikulum perpajakan tidak mudah karena tergolong bidang yang multidisiplin ilmu seperti dari sisi akuntansi, hukum, administrasi, dan manajemen.
Oleh karena itu, kampus perlu membuat terobosan agar dapat mencetak lulusan pajak yang sesuai kebutuhan industri, baik di dalam negeri maupun level internasional. Keahlian yang penting dikuasai agar profesi pajak menembus persaingan global utamanya pajak internasional dan transfer pricing.
Sementara itu, mahasiswa juga diminta tekun mempelajari perpajakan agar dapat menjadi SDM yang berkualitas. Dia menjelaskan langkah pertama yang dapat dilakukan untuk mewujudkan mimpi sebagai konsultan pajak yakni membaca.
Dengan sistem pajak nasional dan internasional yang dinamis, profesional di bidang pajak pun harus memiliki kegemaran untuk membaca. Membaca akan memperluas pandangan dan keterampilan, terutama di tengah era globalisasi. Pandangan dan keterampilan yang cakap dapat menjadi modal awal untuk berprofesi di bidang pajak.
Meski demikian, membaca saja tidak cukup karena seorang profesional pajak harus menuangkan hasil pemikiran dalam tulisan. Setelahnya, tulisan tersebut perlu dipublikasikan agar dibaca oleh masyarakat luas.
Terlebih dengan digitalisasi, setiap publikasi tentang pajak dapat diakses secara luas sehingga mampu menjangkau calon klien di luar negeri.
"Anda ahli pajak, Anda bisa bekerja di mana pun. Pajak internasional dan transfer pricing, konsep dan guidance-nya sama di mana-mana. Makanya saya ingin Universitas Mercu Buana membekali mahasiswa agar bisa bersaing secara global," imbuhnya.
Seminar nasional bertajuk Mengulik Potensi dan Implementasi Karier di Bidang Perpajakan diadakan secara luring oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Mercu Buana. Pada kegiatan ini juga diadakan penandatanganan nota kesepahaman tentang kerja sama pendidikan antara Universitas Mercu Buana dan DDTC. (sap)