Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS. (foto: Antara)
JAKARTA, DDTCnews - Bank Indonesia (BI) meyakini inflasi akan kembali ke sasaran 3% +/- 1% pada kuartal III/2023, lebih cepat dari perkiraan awal.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan kebijakan untuk menekan inflasi akan difokuskan pada penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah. Harapannya, langkah tersebut dapat mengendalikan inflasi barang impor atau imported inflation.
"Rupiah itu menguat dan itu menurunkan tekanan inflasi dari imported inflation," katanya, dikutip pada Minggu (28/5/2023).
Ke depan, BI memperkirakan apresiasi rupiah masih terus berlanjut berkat surplus transaksi berjalan dan aliran masuk modal asing seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.
Pada April 2023, inflasi hanya sebesar 4,33%, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 4,97%.
Inflasi inti turun dari 2,94% menjadi 2,83% akibat rendahnya ekspektasi inflasi dan tekanan imported inflation yang menurun.
"Kalau kita lihat ekspektasi inflasi Consensus Forecast dari para ekonom hingga akhir tahun ini juga rendah, sekitar 3,3%," ujar Perry.
Inflasi komponen harga pangan bergejolak atau volatile food juga turun dari 5,83% pada Maret 2023 menjadi 3,74% pada April 2023. Hal ini disebabkan terjaganya pasokan harga pangan di tengah kenaikan permintaan pada Ramadan dan Idulfitri.
"Inflasi volatile food pada Agustus-September tahun lalu itu 11,3%, sekarang di bawah 5%. Hanya 3,74%, ini rendah banget," tutur Perry. (rig)