Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
JAKARTA, DDTCNews – Pemerintah akan mengalihkan belanja negara dari belanja barang impor menjadi barang domestik. Langkah ini untuk merespons pelebaran defisit neraca transaksi berjalan yang terjadi pada pertengahan tahun ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pelebaran defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada kuartal II/2018 yang mencapai 3% dari produk domestik bruto (PDB) akan direspons dengan menekan impor dari belanja negara.
Pengalihan belanja (expenditure switching) ini, tegasnya, tidak berarti mengurangi anggaran belanja. Langkah yang diambil pemerintah tetap akan memperhatikan upaya untuk mendorong akselerasi perekonomian Indonesia.
“Kalau expenditure reducing [pengurangan belanja] itu berpotensi melemahkan pertumbuhan ekonomi. Namun, skenario itu harus kita siapkan, apabila situasi akan semakin dinamis dan bergerak,” katanya, seperti dikutip pada Selasa (14/8/2018).
Di samping sisi belanja negara, salah satu kebijakan yang tengah digenjot yakni perluasan penggunaan biodiesel 20% dari CPO (B20). Hal ini dilaukan sebagai upaya mengurangi impor minyak. Pasalnya, sektor ini mempunyai kontribusi besar terhadap realisasi impor.
Selain itu, PT PLN (Persero) juga dinilai banyak menggunakan barang modal impor untuk infrastruktur kelistrikan meski sebenarnya sudah memiliki kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Sri mengatakan CAD sebesar 3% dari PDB memang masih lebih baik dibandingkan dengan kondisi saat taper tantrum pada 2015 yang mencapai 4% dari PDB. Namun, pemerintah perlu memberi perhatian lebih karena lingkungan yang dihadapi sudah berbeda.
“Waktu itu, quantitative easing masih terjadi dan kenaikan suku bunga belum dilakukan. Kalau sekarang, suku bunga sudah naik secara global dan quantitative easing sudah mulai dikurangi. Inilah yang menyebabkan tekanan lebih kuat terhadap berbagai mata uang di dunia,” jelasnya. (kaw)