JAKARTA, DDTCNews - Bank Indonesia (BI) dan pemerintah kompak menepis anggapan bahwa rendahnya inflasi pada periode Ramadan tahun ini sebagai tanda penurunan daya beli masyarakat. Adapun inflasi periode Ramadan tahun ini lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama dalam tiga tahun terakhir.
BI menilai laju inflasi inti (core inflation) hingga Mei 2018 yang sebesar 0,19% (bulanan/mtm) dan 2,75% (tahun ke tahun/yoy) masih mencerminkan kenaikan permintaan dan harga barang sehingga tidak sepenuhnya merefeksikan daya beli masyarakat yang menurun.
"Kami lihat sekarang inflasi inti masih naik, berarti masih ada kenaikan harga, masih ada pergerakkan suplai dan permintaan. Jika terjadi deflasi, itu yang bisa mencerminkan tidak adanya daya beli," ujar Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Reza Anglingkusumo di Jakarta, Selasa (5/6).
Pada kesempatan yang sama, Asisten Deputi Moneter Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi P. Pambudi mengklaim pemerintah juga tidak mendeteksi adanya pelemahan daya beli masyarakat. Menurutnya, rendahnya tekanan inflasi inti karena masyarakat menyesuaikan pola konsumsinya menyusul masa cuti Lebaran yang lebih lama.
"Jika ingin dibandingkan tahun lalu itu sangat relatif. Apalagi tahun ini ada libur Lebaran panjang, jadi bisa saja nasyarakat mengutamakan mudik dan liburan dibanding belanja," terangnya.
Selain itu, data penjualan ritel juga membaik. Ditambah saat ini harga beberapa komoditas pangan, seperti beras, bawang, dan cabai masih terjaga.
"Kalau ada penurunan daya beli, itu daya beli masyarakat tergerus karena kenaikan harga, tapi beberapa komoditas malah deflasi. Jadi sebetulnya bukan daya beli, tapi di preferensi belanja. Kami juga lihat indikator Nilai Tukar Petani juga sudah membaik," kata Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Kementerian Keuangan Adriyanto.
Seperti yang diketahui, inflasi inti di Mei 2018 yang sebesar 0,19% (mtm) merupakan inflasi di mayoritas momentum Ramadan yang terendah sejak 2014. Jika secara rata-rata, inflasi inti pada Ramadan selama empat tahun terakhir berkisar di angka 0,32% (mtm). (Amu)