KEBIJAKAN PAJAK

Memahami Pertimbangan Perluasan Objek PPN di Afrika

Hamida Amri Safarina | Jumat, 25 Juni 2021 | 15:22 WIB
Memahami Pertimbangan Perluasan Objek PPN di Afrika

DALAM perspektif sejarah, PPN terbilang inovasi fiskal dan jenis pajak yang relatif baru sehingga dianggap sebagai bentuk pemajakan yang modern. Adapun pengenalan PPN secara universal menjadi peristiwa penting dalam evolusi pajak yang terjadi pada abad ke-20.

Sebelum berkembangnya pemungutan PPN, pemajakan atas konsumsi barang dan/atau jasa banyak dilakukan melalui penerapan pajak penjualan (PPn). Berbagai negara di dunia kemudian menerapkan PPN sebagai pajak konsumsi untuk menggantikan PPn, termasuk beberapa negara di Afrika. Dalam 30 tahun terakhir, 45 dari 54 negara di Afrika telah menerapkan PPN untuk mengganti pemungutan PPn.

Topik mengenai perkembangan pemajakan atas konsumsi dan ketentuan pemungutan PPN di Afrika diuraikan dalam buku yang berjudul Modernizing VATs in Africa. Buku ini disusun oleh Sijbren Cnossen pada 2019. Pada bagian awal, Cnossen menjelaskan Afrika sering disebut sebagai benua paling menjanjikan pada abad ke-21

Baca Juga:
Ketentuan Kewajiban Menyelenggarakan Pembukuan di Bidang Cukai

Standar hidup diperkirakan akan meningkat pesat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, hal tersebut tidak mungkin terjadi tanpa adanya kebijakan fiskal yang dapat membiayai pembangunan di berbagai bidang. Kenyataannya, anggaran negara-negara di Afrika masih relatif kecil dan tidak cukup untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan tersebut

Dengan begitu, mobilisasi penerimaan pajak diperlukan untuk mendorong pembangunan yang berkelanjutan. Dalam konteks pembiayaan, penulis menilai pentingnya melakukan reformasi kebijakan pajak atas konsumsi, misalnya dengan mengubah pemungutan PPn menjadi PPN. Penerapan PPN untuk menggantikan PPn merupakan pilihan yang tepat.

Sebab, PPN dinilai lebih mencerminkan prinsip netralitas dan mampu meningkatkan pendapatan negara agar dapat mendorong pembangunan berkelanjutan. Ketidaksempurnaan desain pemungutan PPn dapat mendistorsi pilihan produsen dan konsumen serta menimbulkan masalah yang lebih kompleks.

Baca Juga:
Ingin Jadi Anggota OECD, Jokowi Bentuk Timnas

Objek PPN Makin Diperluas
Hingga kini, kebijakan PPN yang telah berlaku saat ini di Afrika juga dinilai perlu terus melanjutkan modernisasi sistem dan memperluas basis pajak.

Untuk memulai reformasi tersebut, penulis mengusulkan agar negara-negara di Afrika menghapus ketentuan pengecualian pemungutan PPN atas sebagian besar bahan makanan, barang kebutuhan umum, produk farmasi, bahan bangunan, bahan pertanian dan industri, serta berbagai barang dan jasa lainnya.

Hal tersebut dikarenakan pengecualian pada barang dan jasa yang dapat diperdagangkan dapat mendistorsi perdagangan domestik, regional, dan internasional. Sebab, dalam pengecualian terdapat PPN 'tersembunyi' atas pajak masukan yang tidak dapat dilakukan pengkreditan.

Baca Juga:
Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah Terhadap Mayoritas Negara Mitra

Selain itu, biaya administratif dan bea materai harus dianalisis lebih lanjut dengan maksud untuk memasukkannya sebagai objek pemungutan PPN. Kemudian, objek berupa properti, perbankan, dan asuransi juga seharusnya dapat dikenakan PPN dengan optimal.

Perubahan desain kebijakan PPN seharusnya mempermudah pengelolaan PPN. Penghapusan pengecualian untuk barang dan jasa dapat mengefisienkan kegiatan administrasi pajak dan memudahkan otoritas pajak memantau kepatuhan wajib pajak terhadap pemungutan PPN. Reformasi desain PPN harus berjalan seiring dengan reformasi administrasi PPN.

Buku setebal 349 ini juga menguraikan terkait dengan tarif, proses dasar adminstrasi pemungutan PPN, dan agenda lainnya untuk melakukan modernisasi kebijakan PPN.

Baca Juga:
World Book Day, Ini 3 Ketentuan Fasilitas Perpajakan untuk Buku

Secara umum, buku ini menjelaskan penerapan kebijakan PPN di Afrika dengan bahasa dan penyajian data yang mudah dipahami. Para akademisi, praktisi, dan masyarakat umum dapat menjadikan buku ini sebagai referensi untuk mempelajari perkembangan kebijakan PPN di Afrika.

Tertarik membaca buku ini? Silakan baca langsung di DDTC Library. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 24 April 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS CUKAI

Ketentuan Kewajiban Menyelenggarakan Pembukuan di Bidang Cukai

Rabu, 24 April 2024 | 09:30 WIB KEANGGOTAAN OECD

Ingin Jadi Anggota OECD, Jokowi Bentuk Timnas

Rabu, 24 April 2024 | 09:03 WIB KURS PAJAK 24 APRIL 2024 - 30 APRIL 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah Terhadap Mayoritas Negara Mitra

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB HARI BUKU SEDUNIA

World Book Day, Ini 3 Ketentuan Fasilitas Perpajakan untuk Buku

BERITA PILIHAN
Rabu, 24 April 2024 | 18:50 WIB PERMENKOP UKM 2/2024

Koperasi Simpan Pinjam Modal Rp5 Miliar, Lapkeu Wajib Diaudit AP

Rabu, 24 April 2024 | 18:00 WIB KAMUS PAJAK DAERAH

Apa Itu PBJT Jasa Perhotelan di UU HKPD?

Rabu, 24 April 2024 | 17:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Awasi WP Grup, DJP Bakal Reorganisasi Kanwil LTO dan Kanwil Khusus

Rabu, 24 April 2024 | 17:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Urus NTPN Hilang? Ini Beberapa Solusi yang Bisa Dilakukan Wajib Pajak

Rabu, 24 April 2024 | 16:50 WIB PAJAK PENGHASILAN

DJP Sebut Tiap Perusahaan Bebas Susun Skema Pemberian THR dan Bonus

Rabu, 24 April 2024 | 16:45 WIB PENGADILAN PAJAK

Patuhi MK, Kemenkeu Bersiap Alihkan Pembinaan Pengadilan Pajak ke MA

Rabu, 24 April 2024 | 16:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

DJP Tegaskan Tak Ada Upaya ‘Ijon’ Lewat Skema TER PPh Pasal 21

Rabu, 24 April 2024 | 16:30 WIB KPP MADYA TANGERANG

Lokasi Usaha dan Administrasi Perpajakan WP Diteliti Gara-Gara Ini

Rabu, 24 April 2024 | 15:30 WIB KEPATUHAN PAJAK

DJP: 13,57 Juta WP Sudah Laporkan SPT Tahunan hingga 23 April 2024