Ilustrasi. Sejumlah warga berbelanja di Pasar Rusun Petamburan, Jakarta, Selasa (28/7/2020). Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat menjadi dua daerah pertama penerima dana program Pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Daerah karena terdampak sangat besar oleh pandemi COVID-19 pada kesejahteraan dan ekonomi masyarakatnya. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
JAKARTA, DDTCNews – Berdasarkan konsensus ekonom dalam Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME) Bank Indonesia (BI), ekonomi Indonesia diproyeksi akan mengalami resesi sebagai dampak adanya pandemi Covid-19.
Ekonomi Indonesia pada kuartal II/2020 diproyeksi bakal mengalami kontraksi 1,26% (yoy). Kontraksi ekonomi kemudian diprediksi masih akan berlanjut pada kuartal III/2020 dengan minus 0,82%. Secara teknikal, ada resesi ekonomi karena terkontraksi selama dua kuartal berturut-turut.
Kondisi perekonomian diproyeksi akan berangsur pulih mulai kuartal IV/2020. Pada kuartal terakhir tahun ini, para ekonom sepakat perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh hingga sekitar 1,13%.
“Responden memperkirakan kinerja perekonomian akan terus membaik hingga tercatat tumbuh 2,86% (yoy) pada kuartal II/2021," tulis BI dalam laporan SPIME, dikutip pada Rabu (29/7/2020).
Dalam setahun penuh, ekonomi Indonesia diproyeksi masih mampu tumbuh tipis sebesar 0,03%. Seperti diketahui, tekanan pertumbuhan ekonomi ini dipengaruhi pandemi Covid-19 yang menekan daya beli masyarakat dan ekonomi global yang berdampak pada kegiatan ekspor impor.
Pada 2021, konsensus ekonom tersebut memperkirakan ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 3,46%, belum tumbuh normal di level 5% sebagaimana yang terjadi pada beberapa tahun sebelum pandemi Covid-19.
Dari sisi inflasi, ekonom memperkirakan kenaikan indeks harga konsumen Indonesia hingga akhir 2020 bakal rendah di level 2,51%. Level inflasi ini lebih rendah dari inflasi 2019 sebesar 2,72% dan sudah mencakup dalam sasaran inflasi 2020 pada level 2%-4%.
"Responden menyatakan bahwa penurunan tekanan inflasi tersebut terutama diindikasikan disebabkan oleh kecenderungan penurunan harga komoditas dunia serta adanya keyakinan harga barang dijaga oleh pemerintah," tulis BI dalam SPIME.
Pada kuartal III/2020 inflasi diperkirakan mencapai 2,37%, lebih tinggi dari kuartal II/2020 yang sebesar 1,96%. Lonjakan tekanan inflasi ini terutama didorong oleh dilonggarkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dipercaya bakal mendorong permintaan. (kaw)