PENANAMAN MODAL

Bukan Manufaktur Lagi, Ternyata Sektor Ini yang Diminati Investor

Redaksi DDTCNews
Rabu, 29 Januari 2020 | 16.43 WIB
Bukan Manufaktur Lagi, Ternyata Sektor Ini yang Diminati Investor

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews – Industri pengolahan kini bukan lagi sektor utama yang diminati oleh investor. Sektor utama pilihan investasi dalam lima tahun terakhir bergeser ke sektor jasa.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat jumpa pers terkait realisasi investasi 2019. Menurutnya, pergeseran investasi dari manufaktur ke jasa ikut memengaruhi serapan tenaga kerja dari investasi baru.

"Dengan kemajuan teknologi ini tidak bisa kita hindari bahwa tenaga kerja manusia sekarang sudah banyak digantikan oleh teknologi dan ini kemudian menyebabkan realisasi investasi Rp809 triliun tahun ini hanya mampu serap tenaga kerja kurang lebih 1,033 juta orang," katanya di Kantor BKPM, Rabu (29/1/2020).

Bahlil menyebut pada periode awal Abad 21, setiap 1% pertumbuhan ekonomi mampu menyerap 720 ribu pekerja. Kini, setiap 1% pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mampu menyerap 110 ribu tenaga kerja.

Selain karena perkembangan teknologi yang pesat, terdapat beberapa perubahan mendasar dari kegiatan investasi di Tanah Air. Kini sektor manufaktur yang padat karya tidak menjadi sektor dominan dalam realisasi investasi baru. Sektor jasa menggantikan sektor manufaktur sebagai pilihan utama.

Fenomena ini berlaku baik untuk kegiatan investasi dalam negeri dan juga investasi asing. Sebagai contoh, pada 2014, sektor usaha industri pengolahan menjadi pilihan utama investasi dengan porsi 43% dari total investasi. Pada tahun yang sama, sektor jasa mengambil porsi sebanyak 37,2%.

Keadaan tersebut kemudian berbalik pada 2019, realisasi investasi pada sektor manufaktur tercatat sebesar Rp215,9 triliun atau 26,7% dari total investasi. Sementara, sektor jasa mencatat realisasi investasi sebesar Rp465,4 triliun atau 57,5% dari total investasi.

"Ini menjadi tantangannya karena investasi tidak semua dilakukan pada sektor manufaktur dan tidak semua dilakukan pada sektor padat karya," imbuhnya. Baca pula artikel ‘Tingginya Penerimaan Pajak Sektor Pergudangan Munculkan Kekhawatiran’.

Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi pemerintah untuk menjawab tantangan tersebut, selain meningkatkan kualitas SDM nasional. Lapangan kerja yang semakin terbatas menuntut semakin terampilnya tenaga kerja lokal.

"Negara harus tingkatkan kualitas tenaga kerja dan terus menggiring investasi ke sektor yang mampu ciptakan lapangan kerja yang banyak,” terang Bahlil. (kaw)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.