JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah meyakini kinerja industri manufaktur tetap menjadi motor utama penggerak perekonomian. Hal ini tecermin dari pertumbuhan PDB sektor manufaktur yang lebih tinggi dari PDB nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan PDB industri pengolahan pada kuartal III/2025 mencapai 5,54% (year on year/yoy). Secara terperinci, PDB industri pengolahan nonmigas tumbuh 5,58%. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III/2025 tercatat hanya sebesar 5,04%.
"Hal ini mencerminkan daya saing manufaktur nasional yang semakin kuat, baik di pasar domestik maupun ekspor," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, dikutip pada Sabtu (8/11/2025).
Kemenperin melaporkan kontribusi manufaktur nonmigas terhadap PDB nasional mencapai 17,39% pada kuartal III/2025. Data ini menjadikannya penyumbang utama PDB nasional dibandingkan dengan sektor lainnya.
Agus menyampaikan kontribusi tersebut juga meningkat sebesar 0,47 poin persentase dibanding dengan kuartal II/2025, yang sebesar 16,92%. Ia menilai sektor ini bakal tetap berkontribusi memberikan nilai tambah besar, menyerap tenaga kerja, dan memperkuat struktur ekonomi nasional.
"Manufaktur kembali menjadi penggerak utama perekonomian nasional pada kuartal III/2025 yang ditunjukkan oleh kontribusi terhadap PDB nasional dan juga terhadap pertumbuhan ekonomi nasional," katanya.
Agus menjelaskan pertumbuhan manufaktur pada kuartal III/2025 ditopang oleh meningkatnya permintaan, baik dari pasar domestik maupun luar negeri. Sejumlah subsektor industri bahkan tumbuh signifikan.
Misal, industri makanan dan minuman tumbuh 6,49% didorong oleh peningkatan produksi crude palm oil (CPO) dan produk turunannya. Kemudian, kinerja industri logam dasar melonjak hingga 18,62% sejalan dengan kenaikan permintaan ekspor besi dan baja.
Selanjutnya, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh sebesar 11,65%. Kinerja industri ini didorong oleh kenaikan produksi bahan kimia dan barang kimia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan ekspor.
Begitu juga dengan subsektor industri mesin dan perlengkapan serta subsektor industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan juga mengalami pertumbuhan berturut-turut sebesar 11,74% dan 16,30%.
Agus berpandangan sejumlah subsektor tersebut mampu tumbuh solid imbas strategi pemerintah, seperti industrialisasi sumber daya alam serta perlindungan pasar domestik dari gempuran banjir produk impor. Kemudian, ada kebijakan penguatan teknologi produksi, pengembangan tenaga kerja industri, dan penguatan ekosistem rantai pasok.
"Ke depan, kami akan terus memperkuat kebijakan yang berbasis peningkatan produktivitas dan daya saing industri," imbuh Menperin. (dik)
