Ilustrasi. Warga memeriksa meteran listrik di Rusunawa Kaujon, Kota Serang, Banten, Jumat (24/1/2025). ANTARA FOTO/Angga Budhiyanto/tom.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi pada Januari 2025 secara bulanan sebesar 0,76%. Deflasi ini terjadi karena didorong oleh kebijakan pemberian diskon tarif listrik.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan deflasi pada Januari 2025 secara bulanan disumbang dari kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, yakni sebesar 9,16% dan memberikan andil terhadap deflasi 1,44%.
"Komoditas penyumbang utama deflasi pada kelompok ini adalah tarif listrik," katanya, Senin (3/2/2025).
Perlu diketahui, pemerintah memberikan diskon tarif listrik 50% untuk daya 2.200 VA ke bawah pada Januari dan Februari 2025. Insentif tersebut menyasar sekitar 81,4 juta pelanggan listrik.
Selain perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, deflasi juga terjadi pada kelompok pengeluaran informasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Deflasi kelompok pengeluaran ini sebesar 0,08% dan memberikan andil terhadap deflasi 0,01%.
Deflasi tahun kalender pada Januari 2025 sebesar 0,76%, sedangkan inflasi tahun ke tahunnya sebesar 0,76%. Tingkat inflasi tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu, yaitu masing-masing 1,57% dan 2,57%.
Menurut Amalia, makanan, minuman, dan tembakau masih menjadi kelompok pengeluaran dengan andil terbesar untuk inflasi tahunan pada Januari 2025. Inflasi kelompok pengeluaran ini mencapai 3,69% dan memberikan andil sebesar 1,07% terhadap inflasi umum.
Komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar kepada kelompok tersebut ialah minyak goreng dengan andil sebesar 0,14% serta sigaret kretek mesin dengan andil sebesar 0,12%. Setelahnya, cabai rawit, kopi bubuk, dan beras juga memberikan andil inflasi.
Selain itu, komoditas lain di luar makanan, minuman, dan tembakau yang turut memberikan andil inflasi cukup besar ialah emas perhiasan dengan andil inflasi sebesar 0,36%.
Di sisi lain, terdapat 2 kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yakni perumahan, air, listrik, dan bahan bakar, serta informasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
Kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar mengalami deflasi sebesar 8,75% dan memiliki andil terhadap deflasi 1,39%. Adapun deflasi ini dikarenakan adanya kebijakan tarif listrik pada Januari 2025.
Berdasarkan komponennya, Amalia menjelaskan inflasi terjadi pada seluruh komponen kecuali harga diatur pemerintah. Komponen inti pada Januari 2025 mengalami inflasi tahunan sebesar 2,36% dengan andil terhadap inflasi mencapai 1,51%.
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi di antaranya emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk, dan nasi dengan lauk.
Setelahnya, komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi 6,41%, dengan andil terhadap deflasi 1,26%. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi pada komponen ini adalah tarif listrik.
Untuk komponen harga bergejolak, terjadi inflasi sebesar 3,07% dengan andil inflasi 0,51%. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah cabai rawit, beras, ikan segar, telur ayam ras, dan daging ayam ras.
Amalia menyebut sebanyak 30 provinsi di Indonesia tercatat mengalami inflasi, sedangkan 8 lainnya deflasi pada Januari 2025. Inflasi tertinggi terjadi di Papua Pegunungan sebesar 4,55% dan deflasi terdalam di Gorontalo sebesar 1,52%. (rig)