Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews – Wajib pajak yang diwajibkan untuk menyampaikan SPT dalam bentuk dokumen elektronik, tetapi justru menyampaikan SPT dalam bentuk formulir kertas (hardcopy) bisa dianggap tidak menyampaikan SPT.
Ketentuan itu tercantum dalam Pasal 163 ayat (15) dan ayat (16) PMK 81/2024. Merujuk beleid itu, wajib pajak yang diwajibkan menyampaikan SPT dalam bentuk dokumen elektronik, tetapi justru menyampaikan SPT dalam bentuk hardcopy maka tidak diberikan bukti penerimaan SPT oleh DJP.
“Terhadap wajib pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (15) dianggap tidak menyampaikan SPT,” bunyi Pasal 163 ayat (16) PMK 18/2024, dikutip pada Selasa (19/11/2024).
PMK 81/2024 pun telah memerinci jenis SPT serta wajib pajak yang diharuskan untuk menyampaikan SPT dalam bentuk dokumen elektronik. Kewajiban penyampaian SPT dalam bentuk dokumen elektronik itu berlaku baik untuk SPT Masa PPh, SPT Masa PPN, SPT Masa Bea Meterai, SPT Masa Pajak Karbon, maupun SPT Tahunan.
Adapun PMK 81/2024 membagi SPT Masa PPh ke dalam 5 jenis. Pertama, SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26. SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk dokumen elektronik wajib disampaikan oleh pemotong pajak.
Kedua, SPT Masa PPh Unifikasi. SPT Masa PPh Unifikasi dalam bentuk dokumen elektronik wajib disampaikan oleh wajib pajak yang melakukan pemotongan, pemungutan, pembayaran sendiri, dan/atau penyetoran sendiri.
Ketiga, SPT Masa PPh final pengungkapan harta bersih. SPT Masa PPh final pengungkapan harta bersih wajib disampaikan dalam bentuk dokumen elektronik.
Keempat, SPT Masa PPh final dalam rangka program pengungkapan sukarela (PPS). SPT Masa PPh final dalam rangka PPS dalam bentuk dokumen elektronik wajib disampaikan oleh wajib pajak peserta PPS yang tidak memenuhi ketentuan realisasi pengalihan harta bersih dan/atau investasi.
Kelima, laporan penerimaan negara dari kegiatan usaha hulu minyak bumi dan/atau gas bumi. Laporan penerimaan negara dari kegiatan usaha hulu minyak bumi dan/atau gas bumi wajib disampaikan oleh wajib pajak dalam bentuk dokumen elektronik.
Selanjutnya, PMK 81/2024 membagi SPT Masa PPN dalam 4 jenis. Pertama, SPT Masa PPN bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP). SPT Masa PPN bagi PKP dalam bentuk dokumen elektronik wajib disampaikan oleh setiap PKP.
Kedua, SPT Masa PPN bagi PKP yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan. SPT Masa PPN bagi PKP yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan dalam bentuk dokumen elektronik wajib disampaikan antara lain oleh:
Ketiga, SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN dan Pihak Lain yang bukan merupakan PKP. SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN dan Pihak Lain yang bukan merupakan PKP dalam bentuk dokumen elektronik wajib disampaikan oleh:
Keempat, SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE). SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN PMSE dalam bentuk dokumen elektronik wajib disampaikan oleh pihak lain yang bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di luar daerah pabean.
Selain itu, SPT Masa Bea Meterai dan SPT Masa Pajak Karbon juga wajib disampaikan dalam bentuk dokumen elektronik. Dari sisi SPT Tahunan, PMK 81/2024 menyegmentasikannya menjadi 3 jenis SPT Tahunan.
Pertama, SPT Tahunan PPh untuk Tahun Pajak. Kedua, SPT Tahunan PPh untuk Bagian Tahun Pajak. Adapun wajib pajak wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh dalam bentuk elektronik apabila memenuhi kriteria berikut:
Ketiga, SPT Tahunan Pajak Karbon. SPT Tahunan Pajak Karbon juga wajib disampaikan dalam bentuk dokumen elektronik.
Selain SPT Masa dan SPT Tahunan, Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) kini juga harus disampaikan dalam bentuk dokumen elektronik. Adapun SPOP adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data objek pajak menurut undang-undang pajak bumi dan bangunan (PBB).
Merujuk Pasal 163 ayat (14) PMK 81/2024, dirjen pajak dapat menetapkan wajib pajak tertentu selain yang telah diuraikan di atas untuk menyampaikan SPT dalam bentuk dokumen elektronik atau dalam bentuk formulir kertas (hardcopy).
“Terhadap wajib pajak yang tidak memenuhi kriteria untuk menyampaikan SPT dalam bentuk dokumen elektronik…, dapat menyampaikan SPT dalam bentuk formulir kertas (hardcopy) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 162 ayat (2) huruf b,” bunyi Pasal 163 ayat (17) PMK 81/2024. (sap)