Warga membuang sampah plastik ke dalam 'Eco Bin' di Jalan Braga, Bandung, Jawa Barat, Kamis (11/5/2023). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/YU
TALLINN, DDTCNews - Pemerintah Estonia berencana mengenakan cukai atas kemasan plastik untuk mendorong produsen kemasan menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan.
Direktur Manajemen Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup Sigrid Soomlais mengatakan sepertiga sampak yang diproduksi masyarakat merupakan kemasan plastik. Menurutnya, kebijakan cukai plastik akan membuat upaya penurunan sampah plastik berjalan lebih cepat.
"Cukai plastik dan kemasan sudah masuk dalam program aksi pemerintah," katanya, dikutip pada Sabtu (17/6/2023).
Soomlais mengatakan Kementerian Lingkungan Hidup telah mengusulkan pungutan cukai plastik sejak 2 tahun lalu. Sayangnya, usulan tersebut gagal mendapatkan persetujuan politik di pemerintah.
Estonia sebagaimana anggota Uni Eropa lainnya telah berkomitmen menurunkan sampah plastik dan mendaur ulang setidaknya setengah dari semua sampah kemasan plastik pada 2025. Namun, saat ini negara tersebut hanya mampu mendaur ulang 41% sampah plastik.
Menurutnya, pemerintah berencana meningkatkan daur ulang kemasan plastik menggunakan 3 pendekatan. Pertama, kementerian akan membuat sistem pengumpulan sampah kemasan plastik di rumah tangga yang lebih sederhana.
Kedua, pemerintah berencana menyediakan pendanaan bagi pengusaha yang berinvestasi dalam teknologi daur ulang. Ketiga, mendorong pengusaha merancang kemasan yang lebih cocok untuk didaur ulang.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Industri Makanan Estonia Sirje Potisepp menilai kebijakan cukai plastik akan menyebabkan kenaikan harga makanan meningkat dan makin membebani masyarakat. Dia beralasan, sejauh ini belum ada ada alternatif kemasan yang murah seperti plastik.
"Perusahaan di Estonia belum mampu menanggung sendiri biaya pengemasan yang direncanakan sehingga biaya tersebut pada akhirnya akan dibebankan kepada konsumen," ujarnya dilansir news.err.ee. (sap)