Presiden AS Donald Trump. (foto: WP)
NEW YORK, DDTCNews – Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan mempertimbangkan langkah untuk mengusulkan paket pemangkasan tarif pajak baru pada 2020.
Menteri Keuangan Amerika Steven Mnuchin mengatakan Pemerintahan Donald Trump telah memberikan banyak pemangkasan tarif pajak sebelumnya. Dia juga menyuarakan kekuatan ekonomi AS terlepas dari indikator keuangan yang tidak menyenangkan dalam beberapa pekan terakhir
“Saya pikir tidak ada keraguan bahwa ekonomi AS dalam kondisi sangat baik. Saat ini kami tengah meninjau paket pemangkasan tarif pajak 2.0, sesuatu yang akan kami pertimbangkan tahun depan,” kata Mnuchin, Senin (9/9/2019).
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Presiden Trump dan pihak lain di pemerintahannya dalam beberapa pekan terakhir. Misalnya, penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyebut paket pemangkasan tarif pajak baru itu dapat dirilis sebelum pemilihan umum 2020.
Paket pemangkasan tarif pajak itu mencakup beberapa unsur pajak penghasilan seperti tarif pajak penghasilan individu dan tarif pajak capital gain yang lebih rendah. Ada pula perubahan tarif pajak untuk bisnis selain korporasi dan keringanan bagi penduduk di negara bagian yang memiliki tarif pajak tinggi.
Pada bulan lalu, Trump memberikan pernyataan lewat cuitan-nya di Twitter. Dia menyebut jika Partai Republik tetap menjadi Senat AS, salah satu langkah pertamanya adalah menyetujui paket pemangkasan tarif pajak tersebut.
“Jika Partai Republik mengambil alih DPR, tetap menjadi senat dan presidensi, salah satu tindakan pertama kami adalah menyetujui pemangkasan tarif pajak penghasilan bagi golongan penghasilan menengah. Sedangkan, Partai Demokrat hanya ingin menaikkan pajak Anda,” tulis Trump
Adapun pernyataan Trump tersebut muncul di tengah peringatan dari Wall Street yang menyebut AS mungkin menuju resesi. Namun, anggota pemerintahan menyakini ekonomi Negeri Paman Sam masih akan terus menguat.
Lebih lanjut, Partai Republik menganggap pemangkasan tarif pajak yang lebih besar dapat membantu perekonomian AS dalam jangka panjang. Hal tersebut juga dapat bermanfaat terhadap peluang Trump dalam pemilihan umum Presiden 2020. (MG-nor/kaw)