BERITA PAJAK HARI INI

SPT Masa PPh Hasil Unifikasi Bakal Terintegrasi dengan DJP Online

Redaksi DDTCNews | Selasa, 14 Januari 2020 | 08:53 WIB
SPT Masa PPh Hasil Unifikasi Bakal Terintegrasi dengan DJP Online

Tampilan depan DJP Online.

JAKARTA, DDTCNews – Pelaporan SPT masa PPh hasil unifikasi direncanakan akan terintegrasi melalui DJP Online. Topik tersebut menjadi bahasan beberapa media nasional pada hari ini, Selasa (14/1/2020).

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak (DJP) Hestu Yoga Saksama mengatakan dalam jangka pendek, pelaporan SPT masa PPh hasil unifikasi masih akan menggunakan aplikasi secara terpisah dari DJP Online.

“Sementara iya [terpisah]. Nanti, ke depan, [pelaporan SPT masa PPh] akan melalui DJP Online,” katanya.

Baca Juga:
Besok Siang, Telepon dan Live Chat Kring Pajak Dihentikan Sementara

Seperti diketahui, proses unifikasi ini menyasar SPT masa yang dilaporkan oleh wajib pajak (WP) badan atau orang pribadi yang memiliki kewajiban untuk melakukan pemotongan atau pemungutan pajak (pot/put). Simak artikel ‘Sebenarnya, Apa Itu Unifikasi SPT Masa PPh?’.

Hestu mengatakan yang masuk dalam unifikasi SPT masa PPh adalah PPh Pasal 15, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2). Baca artikel ‘Penjelasan DJP Mengapa Unifikasi Hanya Mencakup 4 Jenis SPT Masa PPh’.

Selain itu, beberapa media nasional juga menyoroti masih adanya ketidakselarasan pergerakan penerimaan pajak dengan pertumbuhan ekonomi, terutama di beberapa sektor utama. Pemerintah diminta memetakan penyebab kondisi ini masih terus terjadi.

Baca Juga:
Awasi WP Grup, DJP Bakal Reorganisasi Kanwil LTO dan Kanwil Khusus

Berikut ulasan berita selengkapnya.

  • Masih Ada Skema Manual

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat DJP Hestu Yoga Saksama mengatakan dalam unifikasi SPT masa PPh, DJP tetap akan menyediakan skema pelaporan secara manual. Namun, DJP akan mengarah pada skema pelaporan secara daring melalui e-Filing di DJP Online.

“Ya nanti kalau SPT kan disiapkan manualnya tapi juga yang online SPT juga ada. Kita pasti arahnya ke sana, e-Filing,” tutur Hestu.

Baca Juga:
DJP Sebut Tiap Perusahaan Bebas Susun Skema Pemberian THR dan Bonus

Seperti diketahui, hingga saat ini, DJP masih melakukan uji coba (piloting) unifikasi SPT masa PPh dengan PT Pertamina (Persero). Hasil evaluasi uji coba unifikasi SPT masa PPh pada akhir kuartal I/2020 akan menjadi penentu langsung diterapkan atau tidaknya kebijakan secara nasional.

  • Masih Ada Tax Gap

Pemerintah diminta untuk memetakan adanya ketidakselarasan pergerakan penerimaan pajak dengan pertumbuhan ekonomi, terutama di beberapa sektor utama. Pasalnya, hingga akhir 2019, masih banyak sektor yang memiliki kontribusi penerimaan pajak yang tidak sejalan dengan kontribusi terhadap produk domestik brutonya.

Partner DDTC Fiscal Research Bawono Kristiaji mengatakan struktur penerimaan pajak idealnya selaras dengan struktur perekonomian. Ketidaksesuaian muncul karena masih terdapat tax gap atau potensi pajak yang belum sepenuhnya bisa dipajaki.

Baca Juga:
DJP Tegaskan Tak Ada Upaya ‘Ijon’ Lewat Skema TER PPh Pasal 21

“Dalam kondisi ideal tersebut, tax buoyancy suatu negara akan berada dalam angka ideal atau setidaknya di angka 1. Pemerintah perlu memetakan mengapa tidak ada keselarasan antara sektor ekonomi dan sektor penerimaan pajak,” ujarnya.

  • Aturan Baru de Minimis

Aturan baru de minimis impor barang kiriman mulai berlaku 30 Januari 2020. Ketentuan ini termuat dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.199/2019. Dalam beleid itu, nilai pembebasan bea masuk atas barang kiriman dari sebelumnya US$75 diturunkan menjadi US$3 per kiriman.

Beleid tersebut juga merasionalisasi tarif dari semula berkisar antara 27,5% - 37,5% yang terdiri atas pungutan bea masuk 7,5%, PPN 10 %, PPh 10% dengan NPWP, dan PPh 20% tanpa NPWP. Kebijakan tersebut kemudian diubah menjadi sekitar 17,5% yang terdiri dari bea masuk 7,5%, PPN 10%, PPh 0%.

Baca Juga:
DJP: 13,57 Juta WP Sudah Laporkan SPT Tahunan hingga 23 April 2024
  • Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja

Ketua Satuan Tugas RUU Cipta Lapangan Kerja Rosan Roeslani menyatakan pemerintah dan pengusaha masih menerima masukan terkait omnibus law tersebut. Pembahasan rancangan beleid ini akan dilakukan secara menyeluruh dan tidak lagi per klaster.

“Kami hanya menyempurnakan yang sudah ada agar saat implementasi di lapangan bisa berjalan,” katanya. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 24 April 2024 | 17:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Awasi WP Grup, DJP Bakal Reorganisasi Kanwil LTO dan Kanwil Khusus

Rabu, 24 April 2024 | 16:50 WIB PAJAK PENGHASILAN

DJP Sebut Tiap Perusahaan Bebas Susun Skema Pemberian THR dan Bonus

Rabu, 24 April 2024 | 16:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

DJP Tegaskan Tak Ada Upaya ‘Ijon’ Lewat Skema TER PPh Pasal 21

BERITA PILIHAN
Rabu, 24 April 2024 | 18:50 WIB PERMENKOP UKM 2/2024

Koperasi Simpan Pinjam Modal Rp5 Miliar, Lapkeu Wajib Diaudit AP

Rabu, 24 April 2024 | 18:00 WIB KAMUS PAJAK DAERAH

Apa Itu PBJT Jasa Perhotelan di UU HKPD?

Rabu, 24 April 2024 | 17:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Awasi WP Grup, DJP Bakal Reorganisasi Kanwil LTO dan Kanwil Khusus

Rabu, 24 April 2024 | 17:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Urus NTPN Hilang? Ini Beberapa Solusi yang Bisa Dilakukan Wajib Pajak

Rabu, 24 April 2024 | 16:50 WIB PAJAK PENGHASILAN

DJP Sebut Tiap Perusahaan Bebas Susun Skema Pemberian THR dan Bonus

Rabu, 24 April 2024 | 16:45 WIB PENGADILAN PAJAK

Patuhi MK, Kemenkeu Bersiap Alihkan Pembinaan Pengadilan Pajak ke MA

Rabu, 24 April 2024 | 16:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

DJP Tegaskan Tak Ada Upaya ‘Ijon’ Lewat Skema TER PPh Pasal 21

Rabu, 24 April 2024 | 16:30 WIB KPP MADYA TANGERANG

Lokasi Usaha dan Administrasi Perpajakan WP Diteliti Gara-Gara Ini

Rabu, 24 April 2024 | 15:30 WIB KEPATUHAN PAJAK

DJP: 13,57 Juta WP Sudah Laporkan SPT Tahunan hingga 23 April 2024