Pengunjung memilih barang-barang yang dijual di Pasar Sore Malioboro, Yogyakarta, Minggu (22/1/2023). Pasar yang berada di selatan Pasar Beringharjo dan buka mulai pukul 17.00 WIB hingga malam hari tersebut merupakan salah satu destinasi wisata belanja oleh-oleh khas Yogyakarta. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/rwa.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 yang mencapai 5,31%.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan 4,93% secara tahunan. Sementara itu, kontribusinya terhadap perekonomian tercatat sebesar 51,87%.
"Konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 2,61%, diikuti PMTB [investasi] 1,24%" katanya, Senin (6/2/2023).
Margo mengatakan pulihnya mobilitas dan membaiknya pendapatan masyarakat menjadi penyebab tingginya kinerja konsumsi rumah tangga pada 2022. Menurutnya, peningkatan pendapatan masyarakat juga sejalan dengan pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 21 sebesar 18,36% pada tahun lalu.
Peningkatan konsumsi tersebut di antaranya terjadi untuk transportasi, komunikasi, serta restoran dan hotel.
Kemudian soal pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi, menjadi penyumbang terbesar kedua pada pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022. Pertumbuhan PMTB sebesar 3,87%, terus membaik meski belum kembali ke level sebelum pandemi yang biasanya mencapai 4%-6%.
Pertumbuhan PMTB dipengaruhi oleh seluruh jenis barang modal, terutama jenis mesin dan kendaraan. Sementara itu, pertumbuhan modal pemerintah juga meningkat, baik pada pusat maupun daerah terutama pada jenis mesin dan peralatan serta jalan, irigasi, dan jaringan.
Adapun untuk ekspor, mengalami pertumbuhan impresif meski mengalami pelemahan sebesar 16,28%. Windfall ekspor masih berlanjut walaupun cenderung melemah akibat harga beberapa komoditas unggulan yang turun, terutama minyak kelapa sawit.
Di sisi lain, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara melonjak signifikan seiring dengan kebijakan kemudahan keimigrasian, khususnya wisata sehingga mendorong pertumbuhan ekspor jasa.
"Pertumbuhan komponen ekspor barang dan jasa ini mampu menopang pertumbuhan ekonomi tahun 2022," ujarnya.
Adapun pada konsumsi pemerintah, kinerjanya pada tahun lalu tercatat mengalami kontraksi 4,51%. Kondisi ini sejalan dengan upaya penyehatan APBN ketika pandemi Covid-19 makin mereda. (sap)