Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada April 2024 mencatatkan surplus senilai US$3,56 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan surplus neraca perdagangan tersebut terjadi karena ekspor mencapai US$19,62 miliar dan impor US$16,06 miliar. Kinerja neraca perdagangan ini melanjutkan tren surplus yang terjadi sejak Mei 2020 atau 4 tahun berturut-turut.
"Meskipun demikian, surplus April 2024 ini lebih rendah dibandingkan bulan lalu dan bulan yang sama pada tahun lalu," katanya, Rabu (15/4/2024).
Pudji mengatakan surplus neraca perdagangan pada April 2024 terutama berasal dari sektor nonmigas US$5,17 miliar. Namun, surplus ini tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,61 miliar.
Dia menjelaskan ekspor Indonesia yang mencapai US$19,62 miliar mengalami kenaikan 1,72% dibandingkan dengan April 2023. Khusus ekspor nonmigas, nilainya US$18,27 miliar atau naik 1,33% dibandingkan dengan ekspor nonmigas April 2023.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada Januari hingga April 2024 mencapai US$81,92 miliar atau turun 5,12% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara untuk ekspor nonmigas, nilainya tercatat US$76,67 miliar atau turun 5,43%.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada Januari hingga April 2024 turun 1,97% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sedangkan ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 17,22%. Sementara itu, ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 6,90%.
Ekspor nonmigas terbesar pada April 2024 tercatat ke China senilai US$4,28 miliar, disusul India US$1,81 miliar, dan Amerika Serikat US$1,75 miliar. Kontribusi ekspor nonmigas ke tiga negara ini mencapai 42,98%.
Di sisi lain, Pudji menyebut nilai impor Indonesia pada April 2024 senilai US$16,06 miliar atau naik 4,62% dibandingkan dengan April 2023. Impor migas senilai US$2,96 miliar atau naik 0,18%, sedangkan impor nonmigas senilai US$13,10 miliar atau naik 5,68%.
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari hingga April 2024 adalah China senilai US$20,77 miliar atau 35,22%, disusul Jepang senilai US$4,26 miliar atau 7,23%, dan Thailand senilai US$3,27 miliar atau 5,55%.
Adapun menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari hingga April 2024 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi penurunan pada golongan bahan baku/penolong sebesar 0,84%. Sementara itu, golongan barang konsumsi dan barang modal naik masing-masing 12,55% dan 2,76%. (sap)