Sejumlah warga mengantre membeli minyak goreng saat operasi pasar di Asia Plaza, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (25/2/2022). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/nym.
JAKARTA, DDTCNews – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Februari 2022 sebesar 2,06% year on year (yoy), turun dibandingkan posisi sama bulan sebelumnya yakni 2,18% yoy.
Kapala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan penyumbang deflasi utama pada bulan lalu adalah turunnya beberapa harga komoditas pangan seperti minyak goreng, seiring dengan implementasi program minyak goreng satu harga.
“Minyak goreng memberikan andil dalam angka deflasi bulan ini karena pada awal Februari, pemerintah menerbitkan peraturan tentang penetapan harga eceran tertinggi (HET) di tengah kenaikan harga CPO di pasar global,” kata Febrio dalam keterangannya, Selasa (1/3/2022).
Adapun data BPS menjabarkan pada bulan lalu tingkat inflasi komponen volatile food menuju 1,81% yoy, turun dibanding Januari 2022 yang mencapai 3,35% yoy. Kemudian, inflasi dari sisi administered price sebesar 2,34% yoy, turun dari bulan sebelumnya 2,37% yoy.
Sementara itu, terjadi kenaikan inflasi komponen inti sebesar 2,03% yoy. Angka tersebut naik dari posisi Januari 20202 yang hanya 1,84% yoy.
Lebih lanjut, Febrio mengatakan inflasi administered price Februari 2022 juga dipengaruhi oleh penurunan aktivitas masyarakat akibat adanya peningkatan kasus Omicron sehingga terjadinya normalisasi tarif angkutan udara.
“Pemerintah masih akan melanjutkan kebijakan yang akomodatif pada harga energi domestik untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi,” ujarnya.
Terkait masyarakat miskin dan rentan, pemerintah tetap memberikan bantuan untuk menjaga daya beli kelompok tersebut dengan mengalokasikan anggaran perlindungan sosial yang tetap tinggi di tahun 2022 sebesar Rp431,5 triliun.
Di sisi lain, kata Febrio inflasi inti masih melanjutkan tren peningkatan yang dipengaruhi oleh membaiknya sisi permintaan serta lanjutan dari efek passthrough ke harga konsumen, meskipun secara terbatas.
Hal ini juga tampak dari peningkatan pada inflasi di tingkat grosir untuk kelompok industri, khususnya untuk kelompok bangunan tempat tinggal dan instalasi listrik, air, dan gas. Komoditas yang mengalami peningkatan harga di antaranya adalah mobil dan sewa rumah.
“Secara umum, untuk menjaga stabilitas harga di tingkat nasional, pemerintah pusat dan daerah selalu bersinergi dan berkoordinasi dengan Bank Indonesia serta otoritas terkait untuk menciptakan bauran kebijakan yang tepat,” kata Febrio. (sap)