Kantor pusat Bank Indonesia. (Foto: Antara)
JAKARTA, DDTCNews - Bank Indonesia memastikan akan melanjutkan berbagai kebijakan stimulus moneter untuk mempercepat pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19 hingga tahun depan.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pelaku usaha masih membutuhkan berbagai stimulus moneter agar benar-benar pulih pada tahun depan. Selama masa pemulihan tersebut, suku bunga akan terjaga tetap rendah.
"Stimulus kebijakan moneter akan dilanjutkan pada 2021, stabilitas nilai tukar rupiah secara fundamental, dan mekanisme pasar akan terus kami jaga untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional," katanya dalam pertemuan tahunan BI secara virtual, Kamis (3/12/2020).
Perry mengatakan BI telah menetapkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,75%, terendah sepanjang sejarah. Sepanjang Januari hingga November, BI telah menurunkan suku bunga sebanyak 125 basis points.
Menurut Perry, suku bunga yang rendah akan mendorong pemulihan ekonomi, baik dari sisi permintaan maupun menawaran. Menurutnya, BI akan menjaga suku bunga tetap rendah hingga inflasi yang hingga November hanya 1,23%, berangsur meningkat.
"Suku bunga akan tetap rendah sampai dengan muncul tanda-tanda tekanan inflasi meningkat," ujarnya.
Perry pun meminta para perbankan menurunkan suku bunga kredit dan memperluas penyaluran kredit, agar pemulihan ekonomi semakin cepat. Menurutnya, dukungan komitmen dari perbankan juga akan mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Pada 2021 pula, BI tetap akan melanjutkan pembelian surat berharga negara (SBN) dari pasar perdana untuk pembiayaan APBN sebagai pembeli siaga, non-competitive bidder. Sementara itu, pembelian SBN secara langsung hanya berlaku untuk APBN 2020.
Hingga saat ini, lanjut Perry, BI telah membeli SBN dari pasar perdana senilai Rp72,5 triliun untuk pembiayaan APBN 2020, melalui skema berbagi beban atau burden sharing di tengah pandemi Covid-19.
Selain itu, BI juga menanggung beban bunga untuk pembiayaan anggaran public goods sebesar Rp297 triliun, serta menanggung sebagian beban bunga untuk pembiayaan nonpublic goods senilai Rp114,8 triliun.
"Ini wujud komitmen yang tinggi dari Bank Indonesia untuk pemulihan ekonomi nasional, meski berdampak defisit besar pada neraca Bank Indonesia mulai 2021 dan tahun-tahun berikutnya," imbuhnya. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.