Foto udara aktivitas di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat, Jumat (9/8/2024). Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar melaporkan adanya pertumbuhan ekonomi di daerah itu sebesar 4,71 persen pada triwulan II-2024 dibandingkan periode yang sama pada 2023 yang ditandai dengan nilai harga berlaku produk domestik regional bruto (PDRB) sebesar Rp83,29 triliun dan Rp49,74 triliun harga konstan. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/nym.
JAKARTA, DDTCNews - International Monetary Fund (IMF) melalui Article IV Consultation memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh 5% pada tahun ini dan 5,1% pada tahun depan.
Meski harga komoditas cenderung lemah, pertumbuhan ekonomi nasional pada 2024 bakal disokong oleh konsumsi dan investasi.
"Peningkatan konsumsi publik dan investasi akan mengimbangi perlambatan ekspor neto akibat harga komoditas yang lemah dan rendahnya pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang," tulis IMF dalam Staff Report for the 2024 Article IV Consultation, dikutip Sabtu (10/8/2024).
Meski demikian, prospek pertumbuhan ekonomi nasional dibayangi oleh setidaknya 2 downside risk, yakni volatilitas harga komoditas serta perlambatan ekonomi 2 negara mitra dagang terbesar yakni China dan Amerika Serikat (AS). Namun, ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih tinggi dari perkiraan dalam hal perekonomian China mampu bertumbuh lebih kuat.
Pada 2025, perekonomian nasional diperkirakan akan mencapai 5,1% berkat ekspansi fiskal yang direncanakan oleh pemerintah. IMF bahkan memperkirakan perekonomian nasional bisa tetap konsisten tumbuh sebesar 5,1% pada 2025 hingga 2027.
"Prospek pertumbuhan jangka menengah tetap kuat dibandingkan dengan negara-negara tetangga meski terhambat oleh structural gap. Secara jangka menengah, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5% berkat konsumsi dan investasi yang kuat," tulis IMF.
Untuk mendorong ekonomi nasional agar bisa tumbuh di atas baseline 5%, IMF mendorong Indonesia untuk melakukan reformasi struktural guna meningkatkan produktivitas dan factor productivity, memperbaiki kelemahan institusi, dan memperkuat hubungan dagang dengan pasar global.
"Reformasi semacam ini membantu mengurangi scarring effect akibat pandemi dan meningkatkan ketahanan terhadap risiko global," tulis IMF. (sap)