Menko Perekonomian AIrlangga Hartarto.
JAKARTA, DDTCNews - Peringkat Indonesia dalam Kemudahan Berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB) 2020 tidak bergerak dari posisi sebelumnya. Namun, apresiasi layak diberikan untuk beberapa indikator yang naik dari tahun sebelumnya.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan perbaikan masih terjadi untuk beberapa sektor penting dalam berusaha. Aspek tersebut menurutnya, layak diapresiasi sebagai modal meningkatkan kinerja pada masa mendatang.
"EoDB kita kan skornya tetap, tapi ada beberapa hal yang naik dan itu saya pikir patut diapresiasi. Misal untuk perpajakan, dan kelistrikan," katanya di Kantor Menko Perekonomian, Jumat (25/10/2019).
Mantan Menteri Perindustrian itu mengungkapkan perbaikan penilaian untuk Indonesia antara lain adalah kemudahan dalam memulai bisnis. Aspek ini, menurutnya, penting bagi perusahaan agar tidak terkendala dalam memulai aktivitas usaha.
Kemudian, perbaikan dalam sektor membayar pajak juga patut mendapat apresiasi dengan sistem elektronik yang dilakukan DJP, membuat pelaku usaha semakin mudah melaksanakan kewajiban sebagai wajib pajak.
Selain itu, Airlangga menyoroti perbaikan nilai Indonesia dalam aspek penegakan ketentuan kontrak (enforcing contract). Hematnya, menghormati kontrak menjadi penting untuk memberikan kepastian berusaha yang selama ini menjadi salah satu titik lemah dalam berinvestasi di Indonesia.
"Saya pikir ini modal dan beberapa hal masih bisa perbaiki dan tingkatkan mulai dari memulai bisnis, pembayaran pajak dan mendapatkan listrik. Tapi yang paling menarik adalah enforcing contract, ini penting karena bagaimana kontrak itu dihormati," paparnya.
Seperti diketahui, peringkat Indonesia dalam EoDB 2020 tidak bergerak dari peringkat 73 dari 190 negara. Menko Airlangga menilai posisi tersebut masih bisa ditingkatkan dan tidak terlalu jelek dibandingkan negara lain di kawasan Asean.
"Peningkatan segi nilai belum cukup untuk mengangkat prestasi kita, tapi saya pikir dari berbagai negara di ASEAN, posisi kita cukup oke lah. Kita nomor 6, di atas Brunei, Vietnam sendiri masih di bawah kita," paparnya. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.