Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers. (tangkapan layar)
JAKARTA, DDTCNews - Neraca perdagangan pada Juli 2023 kembali mencatatkan surplus senilai US$1,31 miliar.
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan surplus neraca perdagangan tersebut terjadi karena nilai ekspor mencapai US$20,88 miliar dan impor US$19,57 miliar. Kinerja neraca perdagangan kali ini melanjutkan tren surplus yang terjadi sejak Mei 2020 atau 39 bulan berturut-turut.
"Surplus Juli 2023 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya [turun 2,14%] dan bulan yang sama tahun lalu [turun 2,82]," katanya, Selasa (15/8/2023).
Amalia mengatakan surplus neraca perdagangan Indonesia terutama berasal dari sektor nonmigas yang mencapai US$3,22 miliar, walaupun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,91 miliar.
Dia menjelaskan kinerja ekspor Indonesia pada Juli 2023 yang senilai US$20,88 miliar mengalami penurunan sebesar 18,03% secara tahunan. Pada ekspor nonmigas juga turun 18,74% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari hingga Juli 2023 mencapai US$149,53 miliar atau turun 10,27% dibandingkan dengan periode yang sama 2022.
Pada ekspor nonmigas, nilainya mencapai US$140,47 miliar atau turun 10,76%. Secara bulanan, pertumbuhan ekspor nonmigas masih terjadi pada komoditas nikel dan barang daripadanya sebesar 43,29%, sedangkan penurunan terjadi pada bahan bakar mineral sebesar 6,93%.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan pada Januari hingga Juli 2023 turun 10,02% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022. Kondisi yang sama juga terjadi pada ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan yang turun 3,40% dan ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 13,78%.
Ekspor nonmigas pada Juli 2023 terbesar terjadi ke China senilai US$4,93 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,03 miliar dan India US$1,82 miliar. Kontribusi ekspor ke 3 negara ini mencapai 44,7%.
Di sisi lain, Amalia memaparkan impor Indonesia pada Juli 2023 yang senilai US$19,57 miliar mengalami penurunan 8,32% secara tahunan. Impor migas tercatat senilai US$3,13 miliar atau turun 29,70%, sedangkan impor nonmigas senilai US$16,44 miliar atau turun 2,69%.
Impor golongan barang nonmigas yang masih meningkat secara bulanan adalah mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya sebesar 17,33%. Sementara itu, penurunan terbesar terjadi pada ampas dan industri makanan 27,91%.
Negara pemasok barang impor nonmigas yang terbesar selama Januari hingga Juli 2023 adalah China senilai US$35,53, Jepang US$9,65 miliar, dan Thailand US$6,16 miliar.
Adapun menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari hingga Juli 2023 terjadi peningkatan pada golongan barang modal sebesar 14,71% dan barang konsumsi 6,36%. Sementara itu, impor bahan baku/penolong turun 12% karena penurunan impor komoditas.
"Nilai impor tertinggi masih terjadi pada bahan baku/penolong yaitu sebesar US$93,98 miliar," ujarnya. (sap)