Menko Perekonomian Darmin Nasution.
JAKARTA, DDTCNews—Seperti diduga sebelumnya, neraca perdagangan pada Januari 2019 kembali mengalami defisit perdagangan sebesar US$1,16 miliar.
Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan defisit itu disebabkan menurunnya ekspor RI ke China, sebagai imbas perang dagang negeri tirai bambu tersebut dengan Amerika Serikat (AS).
“China dan Amerika, pertumbuhan ekonomi dan perdagangannya turun. Kita terpengaruh langsung, sementara mencari alternatifnya kelihatannya lambat,” ujarnya di Jakarta, Jumat (15/2/2019).
Badan Pusat Statistik sebelumnya mencatat ekspor Indonesia Januari 2019 mencapai US$13,87 miliar dan impor US$15,03 miliaratau defisit US$1,16 miliar, melanjutkan defisit Desember US$1,1 miliar.
Darmin menjelaskan China adalah negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. Setelah China disusul oleh AS. Namun, perang dagang membuat pertumbuhan ekonomi kedua negara melambat.
Di sisi lain, Indonesia tidak bisa dengan cepat mencari alternatif negara tujuan ekspor. Buktinya, ekspor Indonesia ke China turun signifikan walaupun tak menyebutkan angka.
Di sisi lain Indonesia agak lambat dalam menyesuaikan diri terhadap gejolak yang terjadi di dunia. "Ini karena perkembangan dunianya cepat sekali sehingga adjustment-nya lebih lambat,” paparnya.
Darmin memperkirakan pertumbuhan ekonomi China ke depan akan berada pada kisaran 6,5%. Dengan demikian diharapkan situasinya jauh lebih stabil.
“Apakah masih akan lebih lambat tapi rasanya justru kalau ekonomi China mungkin akan di 6,5% itu akan bisa lebih stabil,”tambahnya.
Ekspor Januari 2019 sebelumnya tercatat turun 3,24% (month on month) senilai US$13,24 miliar. Secara tahunan, ekspor Januari 2019 turun 4,70% dibandingkan Januari 2018. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.