Presiden Joko Widodo (Jokowi).
JAKARTA, DDTCNews - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperkirakan kondisi perekonomian global bakal makin menantang pada tahun depan.
Jokowi mengatakan semua negara sedang menghadapi kondisi ekonomi yang tidak pasti dan sulit diprediksi. Menurutnya, Indonesia perlu menyiapkan beberapa upaya untuk menjaga pertumbuhan ekonomi 2023.
"Pada 2023, betul-betul kita harus hati-hati dan waspada. Saya setuju kita harus optimistis, tetapi tetap hati-hati dan waspada," katanya saat menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2022, Rabu (30/11/2022).
Jokowi menuturkan isu pertama yang dihadapi Indonesia ialah risiko penurunan ekspor pada 2023. Walaupun ekspor mampu tumbuh tinggi pada 2021 dan 2022, kinerjanya diprediksi akan turun pada tahun depan.
Hal itu disebabkan ekonomi negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia sedang melambat, seperti China, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa. Uni Eropa dan AS bahkan sedang menghadapi ancaman resesi.
Selanjutnya, Jokowi menyoroti kinerja investasi yang menunjukkan perbaikan pada tahun ini. Dia menilai perbaikan kinerja investasi terjadi sejalan dengan upaya pemerintah melakukan reformasi di berbagai sektor.
Meski demikian, presiden memperkirakan persaingan menarik investasi akan makin berat di tengah perlambatan ekonomi global. Adapun presiden menargetkan realisasi investasi pada tahun depan mencapai Rp1.400 triliun.
Kemudian, Jokowi juga mengingatkan agar konsumsi masyarakat tetap terjaga karena masih menjadi motor penggerak perekonomian utama. Salah satunya adalah dengan menjaga laju kenaikan inflasi tetap terkendali.
"Setiap membuat policy, fiskal dan moneter harus selalu berbicara, selalu berdampingan sehingga semua policy yang ada betul-betul bermanfaat bagi rakyat dan negara," ujarnya.
Pada 2023, pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi 2023 sebesar 5,3%. Angka itu lebih tinggi daripada target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,2%. (rig)