Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat menghadiri pertemuan negara anggota G-20 di Riyadh, Arab Saudi pada 22-23 Februari. (foto: Kemenkeu)
RIYADH, DDTCNews—Negara-negara anggota G-20 bersepakat mencapai pertumbuhan ekonomi global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, inklusif, dan berdaya tahan di tengah bayang-bayang ketegangan geopolitik, ketidakpastian kebijakan dan virus Corona.
Hal itu disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 di Riyadh, Arab Saudi pada 22-23 Februari 2020 bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
“Negara-negara G-20 berkomitmen untuk menggunakan semua alat kebijakan guna mencapai pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif, serta tahan terhadap downsize risk," ungkap Menkeu dalam keterangan resmi, Senin (24/02/2020).
Pada 2020 dan 2021, pertumbuhan global masing-masing diperkirakan mencapai 3,3 dan 3,4 persen. Namun demikian, target itu tidak mudah dikejar mengingat ada bayang-bayang risiko ketegangan geopolitik, ketidakpastian kebijakan dan virus Corona.
Khusus Corona, kata Sri Mulyani, diyakini mempunyai dampak ekonomi yang lebih besar ketimbang ketegangan perdagangan global. Pasalnya, efek Corona menghantam pelbagai lini ekonomi, baik dari sisi industri, perdagangan, investasi dan pariwisata.
Menghadapi pelbagai tantangan itu, Indonesia saat ini terus melanjutkan bauran kebijakan dengan mensinergikan kebijakan fiskal, moneter dan struktural. Konsumsi dan iklim investasi juga terus dijaga.
Di samping itu, Indonesia sedang dalam proses pembahasan untuk penerbitan omnibus law yang ditujukan untuk mendorong pertumbuhan lapangan kerja dan meningkatkan investasi dengan sinergi penyederhanaan aturan.
Untuk diketahui, tema utama yang dibahas dalam pertemuan G20 meliputi Global Economy, Enhancing Access to opportunities, Financial Resilience and Development, Infrastructure Investment, International Taxation, dan Financial Sector Issues. (rig)