Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti saat memberikan paparan kinerja neraca perdagangan 2024.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik menyebut Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan senilai US$31,04 miliar pada 2024, turun 15,89% dibandingkan dengan surplus pada tahun sebelumnya US$36,89 miliar
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus sejumlah US$51,44 miliar. Sementara itu, neraca perdagangan migas mengalami defisit senilai US$20,4 miliar.
"Sepanjang 2024, surplus neraca perdagangan barang Indonesia US$31,04 miliar, lebih rendah $5,84 miliar dibandingkan dengan surplus 2023," kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, Rabu (15/1/2025).
Surplus neraca perdagangan nonmigas turun senilai US$5,35 miliar dari tahun sebelumnya. Meski menurun, lanjut Amalia, Indonesia mampu mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 56 bulan berturut-turut terhitung sejak Mei 2020.
"Surplus terbesar 2024 ini disumbang dari komoditas bahan bakar mineral yang surplusnya US$35,27 miliar, disusul komoditas lemak dan minyak hewan nabati (HS 15) dengan surplus US$26,45 miliar, dan besi baja (HS 72) dengan surplus US$15,14 miliar," ujar Amalia.
Secara terperinci, surplus neraca perdagangan pada tahun disokong ekspor 2024 yang tumbuh 2,29% menjadi US$264,7 miliar.
"Secara sektornya, peningkatan ekspor sepanjang 2024 utamanya terjadi dari industri pengolahan dan pertanian. Keduanya menjadi pendorong utama ekspor nonmigas 2024 dengan andil masing-masing 3,84% dan 0,51% terhadap pertumbuhan ekspor nonmigas," tutur Amalia.
Sementara itu, total impor pada 2024 mencapai US$233,66 miliar, tumbuh 5,31% dari total impor pada 2023. Adapun sebagian besar impor Indonesia pada 2024 tersebut merupakan impor bahan baku/penolong.
"Impor bahan baku/penolong mencapai US$169,68 miliar. Impor bahan baku penolong ini mengalami kenaikan 5,29% dibandingkan dengan 2023," kata Amalia. (rig)