Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada November 2023 secara tahunan mencapai 2,86% atau lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya sebesar 2,56%.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud menyebut kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi kelompok pengeluaran dengan andil terbesar untuk inflasi tahunan pada November 2023.
"Inflasi tahunan terbesar terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yaitu 6,71% dan memberikan andil sebesar 1,72% terhadap inflasi umum," katanya, Jumat (1/12/2023).
Edy menuturkan komoditas yang memberikan andil inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau ialah beras sebesar 0,58%, cabai merah 0,19%, rokok kretek filter 0,18%, cabai rawit 0,1%, daging ayam ras 0,09%, dan bawang putih 0,07%.
Selain itu, terdapat beberapa komoditas lainnya yang menjadi penyumbang terbesar inflasi antara lain emas perhiasan dengan andil 0,11% dan biaya kontrak rumah 0,1%.
Berdasarkan komponennya, lanjut Edy, komponen inti mengalami inflasi sebesar 1,87% dengan andil 1,21%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi inti di antaranya emas perhiasan, biaya kontrak rumah, biaya sewa rumah, dan upah asisten rumah tangga.
Kemudian, komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi 2,07%, dengan andil terbesar yaitu 0,39%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi ialah rokok kretek filter, rokok putih, tarif angkutan udara, dan tarif air minum PAM.
Sementara itu, komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 7,59% dengan andil 1,26%. Komoditas yang dominan pada kelompok harga bergejolak ialah beras, cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras, dan bawang putih.
Dari 90 kota yang disurvei BPS, seluruh kota mengalami inflasi. Dari angka itu, 57 kota di antaranya mengalami inflasi lebih tinggi dari angka nasional. Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandang sebesar 5,89%, sedangkan inflasi terendah di Kota Jayapura sebesar 1,82%. (rig)