Ilustrasi.
BRUSSEL, DDTCNews – Perusahaan raksasa energi ExxonMobil memprotes kebijakan Uni Eropa yang menyepakati pemberlakuan pengenaan tambahan pengenaan pajak atau windfall tax terhadap perusahaan minyak dan gas (migas).
ExxonMobil telah melayangkan gugatan tersebut kepada Pengadilan Umum Uni Eropa yang berbasis di Luksemburg. Juru Bicara Exxon Casey Norton menyebut kebijakan Uni Eropa dalam mengenakan windfall tax atas produk migas akan merusak kepercayaan investor.
"Apakah kami akan berinvestasi di sini atau tidak, paling utama bergantung pada seberapa menarik dan kompetitifnya Eropa nantinya," katanya dikutip dari bbc.com, Minggu (15/1/2023).
Sebagai informasi, kebijakan windfall tax dipahami sebagai pajak yang dipungut pemerintah terhadap industri tertentu ketika kondisi ekonomi memungkinkan industri tersebut mengalami keuntungan di atas rata-rata.
Sehubungan dengan adanya kenaikan harga migas dan masalah pasokan migas akibat perang Rusia-Ukraina, perusahaan migas dinilai mendapat keuntungan di atas rata-rata. Oleh sebab itu, Uni Eropa berniat mengenakan windfall tax terhadap perusahaan migas tertentu.
Pada September 2022, Ketua Komisi UE Ursula von der Leyen mengumumkan rencana darurat bagi perusahaan migas dan batubara besar untuk membayar kontribusi krisis, berupa windfall tax, atas peningkatan laba mereka.
Besaran windfall tax yang dikenakan terhadap perusahaan migas ialah sebesar 33% dari keuntungan tahunan yang diumumkan. Adapun rata-rata keuntungan yang diterima oleh perusahaan migas telah melampaui 20% dari tiga tahun sebelumnya.
ExxonMobil mengeklaim laba yang diperoleh pada Oktober 2022 mencapai US$20 miliar. Exxon bersama dengan pemain utama lainnya di sektor migas menentang keras kebijakan Uni Eropa karena berpotensi menghambat investasi. (rig)