Ilustrasi.
WASHINGTON D.C., DDTCNews – Pemerintah Amerika Serikat (AS) meminta India untuk dapat menurunkan tarif bea masuknya guna mendukung tercapainya kesepakatan bilateral antara kedua negara.
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan India merupakan salah satu negara dengan tarif bea masuk tertinggi di dunia. Dia menilai India perlu mengevaluasi kebijakan bea masuknya jika hendak meningkatkan hubungan bilateral dengan AS.
Secara khusus, Lutnick mendorong India untuk menurunkan bea masuk atas impor produk pertanian. "Pasar pertanian India tidak bisa tertutup selamanya. Pasar harus terbuka," katanya, dikutip pada Selasa (11/3/2025).
Selama ini, India menerapkan bea masuk yang tinggi atas impor produk pertanian dalam rangka melindungi petani lokal. Ketimbang menerapkan bea masuk yang tinggi, Lutnick mendorong India untuk menerapkan kuota impor atas komoditas-komoditas tertentu yang dianggap perlu.
"Pasar pertanian India perlu dibuka. Ada beberapa cara untuk melakukannya, salah satunya dengan memperkenalkan kuota atau batasan impor," ujar Lutnick seperti dilansir cnbctv18.com.
Selain itu, Lutnick juga mendorong India untuk meningkatkan pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) dan peralatan militer dari AS. Menurutnya, India selama ini terlalu banyak bergantung pada Rusia untuk memenuhi kebutuhan pertahanannya.
"Secara historis, India telah membeli peralatan militer dari Rusia dengan jumlah yang besar. Kami pikir ini adalah sesuatu yang perlu diakhiri," tuturnya.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri India Randhir Jaiswal menuturkan pemerintah berkomitmen menurunkan hambatan tarif dan nontarif guna meningkatkan hubungan bilateral antara kedua negara.
"Tujuan dari perjanjian bilateral ini ialah untuk memperkuat hubungan perdagangan India-AS, meningkatkan akses pasar, mengurangi hambatan tarif dan nontarif, serta memperkuat integrasi rantai antara kedua negara" katanya seperti dilansir voanews.com.
Sebagai informasi, AS dan India berencana menyepakati perjanjian bilateral guna mengakhiri sengketa dagang antara kedua negara. Bagian pertama dari perjanjian ditargetkan tercapai pada musim gugur tahun ini.
Tanpa perjanjian bilateral, India berpotensi turut dikenai bea masuk resiprokal oleh AS. (rig)