Ilustrasi.
JOHANNESBURG, DDTCNews – Sejumlah remaja Johannesburg melakukan unjuk rasa di depan gedung otoritas pajak (South African Revenue Service/SARS). Mereka menyerukan pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) pada sejumlah produk saniter.
Dalam gerakan #BecauseWeBleed yang dibentuk pelajar Alexandra Fletcher dan Chloé Maluleke ini sebagai upaya untuk menunjukkan ketidakpuasan warga karena masih adanya pengenaan pajak pada produk saniter.
“Pemerintah tidak seharusnya memajaki tampon karena sejumlah warga miskin juga membutuhkan barang tersebut. Mantan Presiden Jacob Zuma sempat membebaskan pajak atas produk saniter dan disediakan secara gratis bagi warga yang tidak mampu,” kata Chloé Maluleke dalam aksi tersebut, Senin (22/10/2018).
Pengenaan pajak pada produk saniter menunjukkan tidak perhatiannya pemerintah terhadap kebutuhan dasar warga Afrika Selatan. Hal ini tercermin dari kepemilikan produk saniter yang hanya berada pada masyarakat kelas menengah ke atas.
“Kami harap aksi unjuk rasa ini bisa membuka hati pemerintah agar dapat memberikan tampon gratis kepada warga miskin yang membutuhkannya,” tuturnya.
Unjuk rasa para remaja itu menuntut Departemen Keuangan agar menghapus PPN pada produk sanitasi. Mereka juga menuntut SARS agar memasukkan produk tersebut sebagai kebutuhan dasar warga Afrika Selatan.
Chloé pun mengancam akan menggerakkan remaja lebih banyak jika pemerintah tidak menuruti aspirasi tersebut pada 30 Oktober 2018. Keputusan pemerintah menjadi acuan bagi para remaja sebelum melakukan unjuk rasa ke depannya.
“Ada stigma yang tetap digunakan oleh SARS yaitu produk sanitasi merupakan barang mewah, bukan dianggap sebagai kebutuhan. Hal inilah yang perlu diubah,” imbuhnya, seperti dilansir dari North Eastern Tribune.
Sekadar informasi, sebelumnya, Menteri Keuangan Afrika Selatan Nhlanhla Nene berencana membebasakan produk saniter dari pengenaan PPN. Tak hanya saniter, pemerintah juga memasukkan seragam sekolah, tepung kue, dan tepung roti. (kaw)