ANALISIS PAJAK

Memahami Resiliensi Kesehatan Mental untuk Praktisi Pajak

Redaksi DDTCNews
Senin, 20 Oktober 2025 | 17.15 WIB
Memahami Resiliensi Kesehatan Mental untuk Praktisi Pajak
Ely Wahyuni,
DDTC Tax Knowledge & Training Center

TEKANAN kerja yang tinggi bukan hal asing bagi setiap praktisi pajak. Berbagai kasus di lapangan, dari yang mudah hingga sulit, menjadi tantangan sehari-hari yang dilalui profesional di bidang ini.

Output secara materi memang terbilang besar. Namun, benefit yang diperoleh itu linier dengan tekanan yang perlu dijalani. Dengan kondisi seperti ini, apakah para praktisi pajak menyadari bahwa tekanan yang tinggi itu bisa berimplikasi terhadap kesehatan mental?

Dalam bekerja, praktisi pajak perlu menerapkan prinsip resiliensi. Secara umum, resiliensi merupakan kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit. Jika praktisi pajak tidak cukup resilient, risiko kejenuhan dan gangguan kesehatan mental turut mengintai.

Lantas bagaimana praktisi pajak perlu menyiapkan diri? Jawabannya sederhana: mereka perlu humor.

Humor menjadi salah satu cara untuk kita beradaptasi dalam situasi sulit. Kemampuan ini pada dasarnya tidak hanya dapat dimiliki oleh praktisi pajak saja tetapi juga semua profesi.

Berdasarkan studi ilmiah, humor terbukti bisa menjauhkan manusia dari kecemasan (anxiety) (John Morreall, 1983). Mengapa demikian? Hal ini disebabkan oleh humor yang dapat mengasah fleksibilitas mental. Pada akhirnya humor sanggup membiasakan manusia untuk menghadapi kejadian tak terduga.

Menurut Rod Martin, seorang peneliti kepribadian manusia, humor dibagi ke dalam 4 jenis. Pertama, affiliative. Ini merupakan jenis humor yang tergolong aman untuk membuat suasana lingkungan lebih hangat. Lewat humor jenis ini, seseorang bisa memilih topik guyonan tanpa menyinggung perasaan lawan bicara.

Kedua, self enhancing. Humor jenis ini merupakan humor yang lebih berfokus pada kejadian diri sendiri. Humor ini umumnya digunakan saat menghadapi masalah pribadi.

Ketiga, aggressive. Humor jenis ini tergolong humor yang tidak aman. Humor ini umumnya menjadikan orang lain sebagai bahan untuk ditertawakan.

Keempat, self defeating. Humor jenis ini merupakan humor yang menjadikan diri sendiri sebagai bahan untuk ditertawakan. Dengan kata lain, sebelum humor aggressive menyerang, humor jenis ini sudah menangkis serangan tersebut.

Keempat jenis humor di atas sifatnya fleksibel. Jadi, tidak serta merta seseorang yang memiliki selera humor aggressive lantas tidak bisa memiliki humor self enhancing, dan sebaliknya. Ada kalanya seseorang mampu beradaptasi mengenai tingkat humor terhadap lingkungannya.

Dalam konteks lingkungan pekerjaan sebagai praktisi pajak, jenis humor self enhancing dianggap paling tepat untuk memahami resiliensi kita dalam menjalani tekanan sehari-hari.

Orang yang memiliki selera humor self enhancing punya karakterikstik, yakni mudah tertawa karena sangat mengapresiasi humor yang dilontarkan orang lain, suka senyum-senyum sendiri kalau ingat kejadian lucu di masa lalu, jarang terbawa perasaan (baper) kalau dijadikan bahan becandaan bagi orang lain (atau dieksplor kelemahannya oleh orang lain), serta selalu punya perspektif humor.

Praktisi pajak yang memiliki selera humor self enhancing cenderung menjadikan kejadian-kejadian tak menyenangkan yang dilaluinya sebagai alat berimajinasi dan menjadikannya sarana resiliensi. Sederhananya, orang-orang di kelompok ini biasanya 'menertawakan' ke-apes-an yang dilaluinya.

Menjiwai Humor

Kalau kita lihat di lapangan, nyatanya tidak semua orang memiliki selera humor yang tinggi. Bahkan, ada orang yang kesannya freak atau lempeng-lempeng saja dalam menghadapi guyonan orang lain. Padahal, humor diketahui dapat meningkatkan mood dan kepuasan hidup seseorang.

Lantas, bagaimana cara untuk mengasah sense of humor sebagai seorang praktisi pajak? Ada beberapa cara.

Pertama, mulai pahami manfaat humor serta mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan humor diri. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan asesmen, refleksi, hingga mengikuti pelatihan humor.

Kedua, biasakan diri untuk bermain-main. Maksudnya, saat memasuki usia dewasa, jangan lantas menjalani hidup terlampau serius. Beri waktu bagi diri untuk menjalaninya dengan lebih 'santai'.

Ketiga, tertawalah lebih sering dan lebih tulus dari biasanya. Coba lakukan ini, niscaya kita akan merasakan kelegaan pikiran yang positif. Keempat, belajar bermain kata-kata dan mencoba untuk sesekali menceritakan kejadian lucu kepada orang lain.

Kelima, ingat pengalaman tragis yang terjadi di masa lalu, dengan melihat sisi lucunya. Cara ini membuat kita mampu menggali 'hikmah' dari setiap kejadian tidak menyenangkan yang sempat dilalui.

Keenam, bangun rasa percaya diri untuk menjelek-jelekkan diri sendiri (self defeating humor). Bukan berarti kita tidak menghargai diri sendiri. Justru cara ini membuat kita sepenuhnya menerima secara penuh diri kita sendiri.

Ketujuh, lakukan dan ulangi keenam kebiasaan di atas sebelum terjadi stres. Kebiasaan-kebiasaan di atas tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan rumah, tetapi juga di lingkungan kerja.

Praktisi pajak, juga profesional di bidang lain, tentu tidak asing dengan istilah ketawa karier alias fake laugh. Ulwan Fakhri, peneliti humor dari Institut Humor Indonesia Kini (IHIK3), mengatakan bahwa tubuh manusia tidak mendeteksi apakah dirinya sedang tertawa palsu atau tidak. Karenanya, yang terpenting adalah tertawa itu sendiri.

Berdasarkan studi dari beragam literatur, 10 menit tertawa mampu menghasilkan efek analgesik yang dapat meredakan penyakit kronis dan langka. Selain itu, tertawa juga meningkatkan toleransi atas rasa sakit melalui stimulasi hormon endorfin untuk meningkatkan pain threshold.

Tertawa bukan menunjukkan bahwa kita merupakan pribadi yang tidak serius atau tidak memiliki masalah. Hanya saja, tertawa merupakan salah satu bentuk resiliensi kita terhadap diri sendiri dan lingkungan.

Masalah yang dihadapi para pekerja, termasuk praktisi pajak, sifatnya hanya sementara. Jangan sampai dengan sifatnya yang sementara, kita menghadapinya sampai terpuruk hingga depresi. Sesekali, tersenyum dan tertawalah!

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Ingin selalu terdepan dengan kabar perpajakan terkini?Ikuti DDTCNews WhatsApp Channel & dapatkan berita pilihan di genggaman Anda.
Ikuti sekarang
News Whatsapp Channel
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.