JAMALUL IZZA:

'Melanggar Aturan Pajak itu Saya Hindari'

Redaksi DDTCNews
Minggu, 20 Desember 2020 | 09.01 WIB
ddtc-loader'Melanggar Aturan Pajak itu Saya Hindari'

Sepanjang kariernya, Jamalul Izza tidak pernah lepas dari lingkup kerja di bidang teknologi informasi, khususnya dalam urusan jasa jaringan Internet. Sampai pada akhirnya, ia pun memutuskan membuat perusahaan sendiri di bidang penyediaan jasa Internet.

Meski begitu, ambisinya di sektor teknologi informasi tidak berhenti. Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ini ternyata ingin menjadikan Indonesia sebagai pemain penting dalam penyediaan jaringan Internet di Asia.

Baru-baru ini, DDTCNews berkesempatan mewawancarai Jamalul terkait dengan industri teknologi informasi. Tak ketinggalan, ia juga memberikan pandangannya mengenai dunia perpajakan. Kutipannya:

Bagaimana kondisi Anda dan pekerjaan di tengah pandemi ini?
Sekarang lebih banyak kerja dari rumah, tapi paling banyak kegiatan saat ini bersama teman-teman itu lebih kepada koordinasi untuk pekerjaan kantor dan juga pekerjaan di asosiasi. Nah, kalau sekarang kami sedang gencar koordinasi untuk program Desa Internet Mandiri.

Program ini sedang kami coba untuk dorong terus bagaimana interkoneksi Internet itu tersedia di desa yang selama ini masuk zona blank spot sinyal internet. Kami koordinasi dengan pemerintah terkait dengan regulasi dan bagaimana bisnis ke depannya untuk bisa cepat bangkit.

Bagaimana ceritanya Anda bisa terjun di bisnis jasa penyediaan Internet?
Saya terjun awal itu ceritanya mulai saat saya masih kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang dan angkatan saya pas masuk itu di 1999 jurusan elektro arus lemah. Kemudian pada 2001, saya jadi asisten lab unit komputer di kampus.

Nah, cerita dari situ karena tugasnya menangani jaringan Internet di kampus dan dari situ saya mulai menggeluti. Saya merasa cocok dan memutuskan untuk terjun di bidang Internet. Jadi awalnya saya memang engineer.

Setelah selesai kuliah di tahun 2005 selesai langsung kerja di PT Indointernet di Jakarta. Jadi saya kerja di Jakarta itu mulai dari bawah banget mulai dari nol. Posisi awal itu dari support, kemudian ke monitoring center.

Selanjutnya dipercaya naik ke Network Operation Center (NOC), lanjut dipercaya menjadi supervisor dan sampai naik menjadi manager. Namun, sekitar 2009 saya memutuskan untuk keluar dan buat perusahaan sendiri.

Perusahaan itu dibangun bersama partner. Jadi berdua buat perusahaan jasa Internet Service Provider (ISP). Dari situ akhirnya saya mencoba meniti karier sendiri pada 2011. Saya buat perusahaan pure punya saya sendiri dengan nama PT Media Lintas Data.

Lalu, pada 2015 saya mencoba ikut pencalonan untuk Ketua APJII dan alhamdulillah terpilih untuk periode 2015-2018. Saya coba lagi untuk periode kedua dan terpilih dalam satu putaran sampai nanti masa bakti di 2021.

Akhirnya selain terjun di bisnis ISP, saya juga masuk ke bisnis lain terkait dengan telekomunikasi yang dibangun bersama teman-teman. Jadi kalau mau dibilang saya ini benar-benar mengawali karier di bisnis Internet ini dari nol. Mulai dari tidak ngerti apa-apa sampai sekarang.

Apa yang jadi pendorong masuk ke asosiasi?
Pemicu saya terjun di asosiasi itu saya dulu suka terlibat di organisasi. Waktu di kampus saya ikut ikatan mahasiswa. Jadi memang saya senang berorganisasi karena saya pikir saat saya di organisasi bisa berbuat banyak, tidak hanya untuk kepentingan saya tapi juga untuk orang banyak.

Lalu saya pilih APJII karena tentu sejalan dengan bisnis yang saya jalankan. Jadi karena sejalan dengan profesi bisnis saya, kalau saya hanya di perusahaan itu untuk kepentingan bisnis saya.

Saya coba terjun ke asosiasi itu supaya saya bisa bermanfaat untuk orang banyak. Karena saat anda di asosiasi ya harus memperjuangkan kepentingan banyak orang dan bukan untuk melayani ego kepentingan perusahaan sendiri.

Pada saat itulah saya muncul di asosiasi dan melihat industri Internet ini bisa jauh lebih baik pada saat itu kalau mau serius dijalani saat saya mulai masuk ke asosiasi. Alhamdulillah, untuk dua periode ini, saya sudah melihat banyak perubahan yang terjadi dari sisi bisnis Internet.

Bagaimana proses bisnis di tengah pandemi bagi jasa Internet?
Untuk bisnis Internet selama pandemi ini sebetulnya hampir sama dengan bisnis lainnya. Tahun ini tahun yang sangat berat. Mulai Maret 2020, sampai sekarang di akhir tahun masih terjadi tarik ulur kebijakan dan semua belum kembali normal.

Saya juga ingin jelaskan orang-orang melihat kan sekarang bisnis Internet ini banyak dipakai masyarakat. Dari situ, banyak yang beranggapan bisnis Internet pasti untung karena banyak orang pakai sekarang.

Tetapi dari sisi real bisnis, anggota asosiasi yang punya infrastruktur sendiri dan mempunyai bisnis broadband sendiri itu hanya 25% dari 500 anggota APJII.

Kenapa saya tekankan bisnis broadband, karena pada saat pandemi ini yang berubah adalah perilaku penggunaan Internet dari awalnya dominasi dari sisi badan usaha, public area, perhotelan, perkantoran dan lain-lain itu berubah menjadi basis pengguna Internet di wilayah perumahan.

Nah, anggota kami yang memiliki jaringan bisnis Internet di kawasan perumahan itu hanya 25% dan selebihnya area bisnisnya itu B2B atau berbasis perusahaan dan bukan di area ritel.

Pada awal pandemi ini menjadi permasalahan bagi kami karena harus diakui penerimaan paling besar untuk bisnis Internet itu masih dari sisi corporate dibandingkan dengan ritel. Kalau untuk bisnis ritel area bermainnya pada kuantitas jumlah pelanggan.

Pada saat Juni 2020 pemerintah mulai ada rencana new normal dengan orang mulai bekerja dari kantor meski hanya 50%. Sudah ada aktivitas di luar rumah dengan protokol kesehatan. Bagi bisnis ini mulai berjalan normal.

Bagaimana peluang bisnis jasa penyedia Internet tahun depan?
Kami melihat saat ini Internet sudah jadi kebutuhan pokok masyarakat karena pandemi akhirnya membuat transformasi dari era analog ke digital. Orang mulai kerja dan belajar secara online.

Ini menjadi perilaku yang baru dan kami melihat untuk 2021 ini semoga bisnis Internet bisa kembali bangkit karena orang sudah mulai terbiasa dengan digital.

Pandemi ini selain menimbulkan banyak dampak negatif tapi ada sisi positifnya juga dengan dipaksa untuk bertransformasi secara digital. Mengubah pola perilaku masyarakat ke arah digital kan susah.

Kalau lihat ke belakang itu kalau untuk belajar online itu susah, seminar online juga hanya sedikit peminatnya. Orang juga lebih suka bertemu langsung dalam urusan kerja.

Semua itu berubah sekarang karena orang dituntut tetap bekerja dan belajar melalui online. Sekarang banyak kegiatan bisa dijalankan tanpa harus terkena macet dan lain-lain.

Dengan perubahan perilaku ini seharusnya menjadi business plan yang baru ke depannya. Ini juga menjadi momentum untuk meningkatkan literasi digital di masyarakat. Kami juga memiliki program Desa Internet Mandiri 2020 sebelum adanya pandemi.

Target awal kami di tahun ini minimal 20.000 desa sudah terkoneksi dengan Internet. Program itu muncul saat saya jalan ke beberapa daerah itu banyak anak-anak mengalami kesulitan mendapatkan sinyal Internet.

Mereka masih harus cari sinyal untuk bisa ujian online. Kami mulai jalan di 2019 dan ternyata di Februari-Maret sudah di cut dengan pandemi dan tidak bisa dilanjutkan karena beberapa kota lakukan PSBB.

Karena program itu berhenti maka diganti Desa Internet Mandiri 2021. Akhir tahun ini kami gerak lagi untuk menghubungkan desa yang masih blank spot. Jadi saya sedang fokus untuk program ini karena ini butuh kerja sama antara anggota APJII yang jumlahnya 500 dengan para desa.

Saat ini desa kan sudah mendapatkan dana desa dari pemerintah yang salah satu penggunaanya bisa dialokasikan untuk koneksi Internet. Kami buat bisnis baru dengan desa sehingga nanti ada revenue sharing antara APJII dengan desa.

Hasil penerimaan itu bisa dimanfaatkan oleh desa untuk memulai unit bisnis baru. Jadi model bisnis ini tidak seperti investasi yang keuntungannya dibawa keluar desa. Kami juga buat kemitraan dengan desa. Skema ini sudah jalan dan target kami 2022 semua desa sudah terkoneksi Internet.

Bagaimana progresnya sejauh ini?
Ada beberapa desa yang sudah jalan seperti di Jayapura Papua, Halmahera Maluku Utara, Aceh dan Kalimantan. Sudah ada beberapa desa yang sudah tercakup meski memang ada keterbatasan karena adanya pandemi, dan ke depan akan lebih gencar lagi.

Ada daerah prioritas?
Jadi soal prioritas dengan melihat peningkatan kebutuhan. Untuk ukuran itu, Jawa Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi pegang nomor satu. Tapi untuk daerah timur itu masih sangat kecil untuk penetrasinya. Maka kami prioritaskan daerah timur agar penetrasi Internetnya bisa naik cepat.

Tahun ini banyak insentif pajak, apakah sektor penyedia jasa Internet ikut memanfaatkan?
Saya lihat banyak yang memanfaatkan, persoalan pajak ini terutama insentif ini bisa dibilang puas dan tidak puas. Tapi paling tidak insentif pajak yang diberikan pemerintah sudah banyak membantu.

Kami usul untuk relaksasi itu di bidang penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang saat ini baru sebatas kepada perpanjangan periode pembayaran PNBP pada 2020.

Kami berharap pada tahun depan ada stimulus yang diberikan pemerintah untuk PNBP dan untuk kebijakan insentif pajak kami rasa sudah cukup. Tapi untuk PNBP diharapkan ada stimulus pada 2021.

Bagaimana Anda melihat perubahan pelayanan pajak tahun ini yang banyak dilakukan secara elektronik?
Kalau saya lihat teman-teman yang berurusan dengan pajak sejauh ini sudah bagus dibandingkan dengan sebelumnya. Karena bisa dilakukan secara online begitu juga konsultasi yang bisa dilakukan secara online. Secara umum saya lihat pelayanan pajak jauh lebih baik sekarang ini.

Apakah ada pengalaman menarik saat berurusan dengan kantor pajak?
Selama ini tax audit atau pemeriksaan itu baik-baik saja. Kantor saya komitmen untuk taat pajak. Selama ini track record dengan pajak itu bagus karena saya sama sekali tidak mau berurusan dengan otoritas karena melanggar aturan.

Itu saya paling malas kalau harus seperti itu. Melanggar aturan dalam bidang apapun termasuk pajak itu saya paling hindari. Contohnya saat berlalu lintas saya akan memilih tertib dan patuh karena saya paling malas kalau sampai di stop karena melanggar. Aturan itu harus dipegang dengan baik.

Bagaimana prospek bisnis tahun depan?
Kami lihat akan banyak perubahan bisnis. Kalau dulu concern utama bisnis itu di wilayah perkotaan dan perkantoran. Dengan pandemi ini teman-teman di ISP itu harus lebih kreatif. Kita tidak bisa hanya merespons saat pandemi datang, ke depan harus bisa mengantisipasi sebelum pandemi.

Jadi ke depan bisnis Internet itu tidak hanya mengandalkan dari sisi corporate tapi mau tidak mau harus mulai bermain di arena ritel. Hal ini tidak hanya dalam urusan jualan bandwidth saja tapi juga dari sisi aplikasi kepada user end. Nah, kami harus bisa untuk lebih bermain ke sana.

Perubahan pola perilaku ini harus direspons dengan tidak hanya berjualan bandwith tetapi juga menyasar potensi bisnis pada platform digital dan lainnya.

Bagaimana pandangan Anda mengenai persaingan bisnis penyedia jasa Internet di Indonesia?
Kalau yang namanya persaingan usaha pasti ada. Saya lihat Indonesia masih cukup luas. Kue dari bisnis Internet ini masih besar kalau melihat jumlah penduduk, pertumbuhan pengguna Internet dan lainnya itu kan masih besar.

Kalau di satu area dikuasai oleh satu perusahaan itu masih terbuka peluang di tempat lain. Kuncinya teman-teman itu harus kreatif misalnya kalau jasa Internetnya yang dikuasai maka bisa tawarkan layanan lain yang mendukung penyedian Internet.

Bagaimana arti kesuksesan bagi Anda?
Bagi saya tolak ukur sukses itu bukan berdasarkan apa yang sudah saya capai untuk diri sendiri, tapi bagaimana bisa bermanfaat bagi orang banyak. Kalau ditanya apakah sudah puas? Pasti saya akan jawab belum puas karena belum memberikan manfaat kepada orang banyak.

Bagi saya pencapaian pada titik itu tidak akan membuat saya berhenti. Cita-cita saya itu bagaimana posisi Indonesia itu bisa menjadi hub Internet dunia. Kalau sekarang ini kan kita masih tergantung dengan negara tetangga. Saya ingin Indonesia diperhitungkan dari sisi penyedia akses Internet.

Bagaimana peran keluarga dalam menunjang karier?
Sangat penting karena kesuksesan yang didapat itu pasti bersumber dari dukungan keluarga. Kalau bekerja sibuk di luar dan jarang bertemu keluarga itu pasti membutuhkan dukungan. Dalam keluarga itu kan kerja sama dan saling dukung, kalau itu tidak ada maka akan berat dan susah.

Apa hobi yang biasa Anda tekuni?
Kalau hobi saya biasa paling banyak dilakukan itu berolahraga dan bersepeda. Saat orang lain hobi traveling untuk melepas penat justru saya kebalikannya.

Saat saya tidak bekerja justru malah lebih stres. Jadi saya itu walaupun sedang liburan tetap ada pekerjaan yang dilakukan, sepertinya otak saya lebih fresh kalau terus bekerja. (Rig/Bsi)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.