Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto saat memberikan paparan dalam konferensi pers, Rabu (15/6/2022).
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2022 mencetak surplus hingga US$2,9 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan surplus tersebut berasal dari ekspor US$21,51 miliar dan impor US$18,61 miliar. Dia menyebut surplus neraca perdagangan telah terjadi dalam 25 bulan terakhir secara berturut-turut.
"Namun, kondisi ini masih menurun jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau April 2022 yang surplus US$7,56 miliar," katanya, Rabu (15/6/2022).
Setianto menuturkan surplus neraca perdagangan US$2,89 miliar, terutama dikarenakan adanya surplus dari sektor nonmigas sebesar US$4,75 miliar. Di sektor migas, terjadi defisit senilai US$1,86 miliar.
Dia memaparkan nilai ekspor tercatat US$21,51 miliar pada Mei 2022, tumbuh 27% dibandingkan dengan periode yang sama 2021. Sementara itu, ekspor nonmigas senilai US$20,01 miliar, tumbuh 25% dari periode yang sama tahun lalu.
Secara kumulatif, nilai ekspor pada Januari hingga Mei 2022 mencapai US$114,97 miliar atau naik 36% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Demikian juga pada ekspor nonmigas yang mencapai US$108,74 miliar atau naik 36%.
Peningkatan terbesar ekspor nonmigas terjadi pada nikel dan barang daripadanya sebesar 65%, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 71,79%.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan sepanjang Januari hingga Mei 2022 naik 25%. Kondisi serupa juga terjadi pada ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan yang naik 13% dan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 108%.
Penyumbang ekspor nonmigas terbesar ditempati China dengan nilai perdagangan sejumlah US$4,59 miliar, disusul India senilai US$2,26 miliar, dan AS US$2,05 miliar. Porsi ketiga negara terhadap total ekspor nonmigas tersebut mencapai 44,49%.
Kemudian, nilai impor mencapai US$18,61 miliar, tumbuh 31%. Dari jumlah tersebut, impor migas menyumbang US$3,35 miliar dengan pertumbuhan 63%. Adapun impor nonmigas menyumbang US$15,26 miliar atau tumbuh 25,33%.
Penurunan impor golongan barang nonmigas terbesar secara bulanan terjadi pada mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya sebesar 11%. Peningkatan terbesar terjadi pada gula dan kembang gula 38%.
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar sepanjang Januari hingga Mei 2022, yaitu China dengan nilai impor US$25,97 miliar, Jepang US$6,89 miliar, dan Thailand US$4,93 miliar. (rig)