Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam keterangan pers. (tangkapan layar)
JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai Indonesia memiliki modal yang cukup untuk menghadapi dampak normalisasi kebijakan moneter (tapering off) oleh bank sentral AS, The Fed.
Sri Mulyani mengatakan Indonesia telah memiliki pengalaman menghadapi tapering AS pada 2013. Menurutnya, kondisi perekonomian nasional saat ini sudah lebih baik ketimbang 9 tahun lalu.
"Ini memberikan bekal yang lebih baik dari sisi kekuatan kita," katanya dalam video yang diunggah Kemenkeu di Youtube, dikutip Kamis (24/2/2022).
Sri Mulyani mengatakan terdapat sejumlah perbedaan antara tapering pada 2013 dan tahun ini. Pada 2013, AS melakukan tapering tanpa komunikasi yang cukup baik dan saat itu Indonesia menghadapi masalah defisit transaksi berjalan sehingga menimbulkan gejolak yang kuat.
Sementara kini, perekonomian Indonesia sedang bagus yang ditandai dengan surplus transaksi berjalan yang kecil dan surplus neraca perdagangan. Selain itu, AS juga telah menjelaskan rencana tapering kepada dunia sehingga semua negara kini bisa bersiap-siap.
"Ini yang menyebabkan volatility atau gedombrangannya itu menjadi sangat tidak tinggi," ujarnya.
Meski AS telah mengumumkan rencana tapering, Sri Mulyani menilai tetap akan ada negara yang rentan terdampak. Adapun bagi Indonesia, transaksi berjalan dan neraca perdagangan yang surplus dapat menjadi modal agar dampak tapering tidak terlalu parah.
Dia menilai Indonesia tidak bisa mengontrol kebijakan ekonomi negara lain, tetapi dapat membuat penyesuaian pada kebijakan di dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan langkah reformasi agar perekonomian nasional lebih tahan terhadap guncangan dari luar.
"Sehingga pada saat dunia yang tidak bisa kita kontrol terjadi guncangan, kita pasti juga merasa guncangan tapi tidak hancur. Kita akan bisa meng-absorb atau menahan guncangan itu," imbuhnya. (sap)