Ilustrasi. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersiap menyampaikan keterangan pers terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Jakarta, Rabu (19/2/2025). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/nz
JAKARTA, DDTCNews - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali memangkas suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate/BI7DRR) menjadi sebesar 5,25% pada Juli 2025.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan penurunan suku bunga acuan ini mempertimbangkan kondisi dan risiko perekonomian ke depan. Suku bunga deposit facility juga dipangkas sebesar 25 basis points menjadi sebesar 4,5%, suku bunga lending facility menjadi 6%.
"Berdasarkan asesmen, prospek, maupun berbagai risiko yang dihadapi ke depan, rapat dewan gubernur Bank Indonesia pada 15 - 16 Juli 2025 memutuskan untuk menurunkan BI rate sebesar 25 basis points menjadi 5,25%," ujarnya, Rabu (16/7/2025).
Perry menyampaikan keputusan memangkas BI rate sudah konsisten dengan makin rendahnya perkiraan inflasi pada 2025 dan 2026 yang berada dalam sasaran 2,5% plus minus 1%. Selain itu, BI juga mempertimbangkan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah serta pentingnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ke depan, BI akan meninjau ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, dia menegaskan penurunan BI rate perlu mempertimbangkan stabilitas kurs rupiah dan laju inflasi, terutama di tengah gejolak perekonomian global maupun domestik.
Sementara itu, Perry mengatakan kebijakan makroprudensial akomodatif terus dioptimalkan dengan berbagai strategi. Hal ini bertujuan meningkatkan kredit pembiayaan, menurunkan suku bunga, dan fleksibilitas pengelolaan likuiditas perbankan.
Beberapa aspek tersebut berkontribusi mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Di sisi lain, kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
Caranya, BI akan memperluas akseptasi pembayaran digital serta memperkuat infrastruktur dan konsolidasi struktur industri sistem pembayaran.
"Arah bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran ini untuk mempertahankan stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," kata Perry.
Perry menyebutkan ada beberapa langkah yang akan diterapkan untuk mendukung bauran kebijakan tersebut, seperti penguatan strategi stabilisasi nilai tukar rupiah dan operasi moneter pro-market. (dik)