BARANG KENA CUKAI

Pengusaha Keberatan Minuman Manis Dikenai Cukai

Dian Kurniati
Jumat, 21 Februari 2020 | 17.39 WIB
Pengusaha Keberatan Minuman Manis Dikenai Cukai

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews—Asosiasi Industri Minuman Ringan keberatan dengan rencana pemerintah memungut cukai pada minuman kemasan berpemanis, seperti teh botol, minuman berkarbonasi atau soda, dan minuman berenergi.

Ketua Asrim Triyono Prijosoesilo mengatakan pengenaan cukai bisa menyebabkan kinerja industri minuman ringan kembali tumbuh negatif, seperti pada 2017 di mana pertumbuhan penjualan minus 1%.

“Tahun ini sebenarnya kami confidence tumbuh 3-4%. Tapi kalau cukai itu diterapkan tahun ini, kami khawatir bisa negatif lagi di tengah tekanan ekonomi saat ini," kata Triyono kepada DDTCNews, Jumat (21/2/2020).

Triyono menilai kebijakan pungutan cukai bukan momen yang tepat untuk dilakukan. Hal itu dikarenakan industri minuman ringan saat ini masih dalam tahap pemulihan. Industri pernah mencapai puncak ketika 2010-2013, di mana rata-rata tumbuh di atas 10%.

Dia menilai kebijakan cukai bertentangan dengan tujuan Presiden Jokowi yang ingin menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, pengenaan cukai akan menyebabkan produksi industri minuman menurun, bahkan berpotensi bangkrut.

Apalagi, pasar industri minuman kebanyakan disumbang dari kelompok warga menengah bawah yang rentan terhadap kenaikan harga. Triyono khawatir konsumsi masyarakat akan turun, sehingga memengaruhi produksi industry.

“Kenaikan Rp500 saja sudah sangat penting untuk masyarakat,” katanya.

Untuk diketahui, Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR-RI mengungkapkan bahwa tarif cukai minuman berpemanis di angka Rp1.500 sampai dengan Rp2.500 per liter, tergantung jenis produk minuman.

Di sisi lain, Triyono juga membantah tudingan minuman manis sebagai penyebab utama obesitas dan penyakit diabetes melitus. Menurut penelitian SEAMEO-RECFON, minuman manis hanya menyumbang 6,5% dari total konsumsi kalori harian masyarakat.

Tak hanya itu, dia menilai kebanyakan masyarakat Indonesia hanya mengkonsumsi minuman manis pada waktu-waktu tertentu. Untuk itu, agak berlebihan jika menjadi penyebab utama obesitas dan penyakit diabetes melitus. (rig)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.