Ilustrasi.
CANBERRA, DDTCNews - Asosiasi Dokter Australia, Australian Medical Association (AMA) menyarankan pemerintah untuk menerapkan cukai minuman berpemanis (sugar tax) dengan tarif sekitar 50 sen per 100 gram gula.
Wakil Presiden AMA Julian Rait mengatakan penerapan cukai akan memaksa produsen minuman berpemanis mereformulasi produk mereka agar mengandung gula yang lebih sedikit. Jika tidak, para produsen harus membayar biaya lebih tinggi karena pungutan cukai.
"Kami menyodorkan proposal pengenaan cukai minuman berpemanis guna menurunkan konsumsi gula tahunan sebesar 2 kg per orang, sekaligus meningkatkan penerimaan negara senilai US$3,6 miliar [setara Rp38,25 triliun]," katanya, Rabu (16/7/2025).
Dengan potensi tambahan penerimaan tersebut, lanjut Julian, pemerintah dapat memanfaatkannya untuk berinvestasi di sektor kesehatan. Misal, menambah peralatan medis, dan langkah strategis lainnya guna mencegah penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes.
Menurutnya, pemerintah perlu bertindak untuk mencegah peningkatan penyakit obesitas dan diabetes. Dia mengatakan tingkat obesitas di Australia mengalami kenaikan signifikan dalam 25 tahun terakhir, dan akan terus naik apabila tidak ada tindakan tegas.
"Bukti menunjukkan bahwa minuman manis memicu tingkat obesitas dan penyakit kronis. Pengenaan cukai minuman berpemanis justru menjadi peluang terbaik untuk mengatasi krisis ini," tuturnya.
Julian menuturkan sebanyak 100 negara sukses menerapkan cukai minuman berpemanis, sedangkan Australia terkesan lambat. Dia pun meminta pemerintah mengejar ketertinggalan itu, dan mulai membahas cukai baru bersama parlemen.
Dalam mengeksekusi rencana pengenaan cukai, dia menilai hal yang paling penting ialah pemerintah harus tegas menghadapi raksasa produsen minuman. Dia menuturkan jangan sampai lembek terhadap pengusaha sehingga kesehatan masyarakat menjadi korban.
"Kami mendesak pemerintah untuk bertindak tegas dengan menerapkan cukai minuman berpemanis, mengingat sidang parlemen akan dimulai kembali. Nah, sekarang adalah saat yang tepat untuk memulai debat," ujar Julian. (rig)