KEBIJAKAN PEMERINTAH

PMI Manufaktur Turun, Menperin: Dampak dari Relaksasi Impor

Muhamad Wildan
Jumat, 02 Agustus 2024 | 19.30 WIB
PMI Manufaktur Turun, Menperin: Dampak dari Relaksasi Impor

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (2/7/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.

JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan penurunan kinerja purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juli 2024 disebabkan adanya relaksasi impor.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan penurunan PMI manufaktur sudah bisa diprediksi sejak bulan-bulan sebelumnya.

"Kami tidak kaget dan logis saja melihat hasil survei ini, karena ini semua sudah terprediksi ketika kebijakan relaksasi impor dikeluarkan," katanya, Jumat (2/8/2024).

Oleh karena itu, lanjut Agus, sinergi kebijakan antarkementerian dan lembaga untuk mendukung kinerja manufaktur menjadi penting. Pemerintah perlu kembali menerapkan kebijakan proindustri dalam negeri guna mengembalikan PMI manufaktur Indonesia pada posisi ekspansi.

"Posisi sektor manufaktur sudah sangat sulit karena kondisi global, termasuk logistik, sangat tidak menguntungkan bagi sektor ini. Oleh sebab itu, para menteri jangan mengeluarkan kebijakan yang justru makin membunuh industri," ujar Agus.

Agus berharap turunnya PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2024 dapat membuka para menteri terhadap pentingnya keselarasan langkah dalam membangun industri dalam negeri. Bagaimanapun, Kemenperin membutuhkan dukungan dari para stakeholder lainnya.

"Kemenperin tidak bisa sendiri dalam hal ini. Menjaga kinerja sektor manufaktur bukan saja untuk mempertahankan agar nilai tambah tetap dihasilkan di dalam negeri, tetapi juga melindungi tersedianya lapangan kerja bagi rakyat Indonesia," tuturnya.

Sebagai informasi, PMI manufaktur Indonesia turun dari 50,7 pada Juni 2024 menjadi 49,3 pada Juli 2024. PMI manufaktur Indonesia berada di zona kontraksi untuk pertama kalinya sejak Agustus 2021, atau setelah 34 bulan berturut-turut ekspansi. (rig)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.